Diskusi FSPMI Untuk Negeri : Apa Peran Buruh Untuk Bangsa?

Bekasi, KPonline – Seorang tokoh di sisi penguasa pernah mengungkapkan kalimat yang memojokkan rakyatnya. “Apa sumbangsih kaum milenial terhadap negara selain demo?”, Begitu kira-kira ungkapan yang dia sampaikan dari tokok yang pernah menjabat sebagai presiden RI.

FSPMI Bekasi mengadakan acara pada Sabtu 21 November 2020 seakan menjawab ungkapa tokoh tersebut. Bertajuk “Diskusi Terbuka FSPMI Untuk Negeri” yang diadakan di kantor sekretariat Konsulat Cabang FSPMI Jl. Yapink Putra Tambun Kabupaten Bekasi.

Bacaan Lainnya

Dalam acara diskusi tersebut enghadirkan 6 (enam) narasumber, yaitu:
Nurdin Muhidin (Senior pergerakan buruh Bekasi), Kahar S Cahyono
(Vice Presiden FSPMI Infokom & Propaganda), Komarudin (Ketua PUK Patco & Pengurus forum buruh non kawasan), Eko Budiman (Ketua PUK Crestek & Pengurus forum Buruh MM2100), Mustar (Ketua PUK Kostec & Pengurus forum buruh Jababeka) dan Syahrial (Ketua PUK Muramoto).

Dari 6 narasumber 4 orang yang berasal dari pimpinan Pengurus Unit Kerja (PUK) masing-masing menyampaikan hal-hal mulai awal perjuangan lahirnya FSPMI dan keberhasil perjuangan FSPMI terhadap kesejahteraan pekerja di Bekasi yang menjadi acuan pekerja umumnya di Indonesia. Selain itu diutarakan juga manfaat serikat bagi masyarakat banyak, yaitu dengan lahirnya jamkeswatch yang dapat dirasakan oleh rakyat Indonesia secara umum.

Nurdin Muhidin selaku senior dalam pergerakan dalam kesempatannya menekankan masalah regenerasi pemimpin pergerakan. Nurdin menyampaikan pesan bahwa dalam berjuang di serikat pekerja harus ditanam perjuangan yang dimulai dari hati, berkomitmen dan memiliki manajemen aksi.

“Perjuangan harus dari hati. Harus memiliki keyakinan”, ungkap Nurdin dengan nada bicara seperti di mobil komando aksi demo buruh. Selain itu disampaikan juga kritik dan evaluasi yang diperlukan menghadapi tantangan dunia ketenagakerjaan mulai lahirnya PP 78 tahun 2015 sampai UU no. 11 Tahun 2020 terkait Omnibus Law yang sangat mengkhawatirkan bukan hanya bagi buruh maupun masyarakat umum.

Kahar S Cahyono menyampaikan sejarah panjang perjuangan FSPMI yang kini sudah berusia 21 tahun. Kahar menceritakan bagaimana dulu serikat pekerja-serikat pekerja yang ada di orde baru diisi oleh Tentara, Disnaker, polisi sehingga tidak ada independensi.

Forum komunikasi buruh MM2100 menjadi cikal bakal lahirnya FSPMI pada tahun 1998. Dengan cita-cita melahirkan serikat pekerja yang bukan hanya membicarakan tentang Bekasi tapi juga tentang Indonesia.

FSPMI yang tentu saja sangat melibatkan pemuda waktu itu atau yang saat ini dikenal dengan sebutan kaum milenial banyak menghasilkan perubahan terhadap kesejahteraan bangsa Indonesia. Upah minimum sektoral lahir dari perjuangan FSPMI dan Grebek Pabrik menjadi gaya perjuangan FSPMI pada tahun 2012 yang dari gerakan tersebut berhasil merubah status pekerja outsourcing menjadi pekerja tetap/PKWTT di perusahaan-perusahaan.

Kahar melontarkan slogan Memulai Dari Akhir. “Memulai dari akhir, memikirkan apa yang akan dialami pada 21 tahun yang akan datang”, jelas Kahar dengan harapannya lahir generasi pemimpin buruh yang memiliki militansi yang sama, ghiroh dan amanah.

Terkait dengan UU no. 11 Tahun 2020 Cipta Kerja, FSPMI ikut ambil bagian dalam Judicial Revier ke Mahkamah Konstitusi. Setidaknya ada 50 pasal yang dipermasalahkan berarti ada 50an pasal yang bertentangan dengan konstitusi yang disinyalir akan berdampak buruk penerapannya bagi rakyat Indonesia.

Dengan demikian maka terjawab pertanyaan yang bernada merendahkan kaum milenial dari seorang tokoh negara bahwa apa yang sudah dicapai oleh negara ini adalah peranan besar kaum milenial melalui serikat pekerja yang digerakkan oleh pemuda-pemuda.

Kembali Nurdin memberikan wejangan sebagai jawaban dari peserta diskusi yang mengajukan pertanyaan. Agar para pekerja menyiapkan mental-mental baru menghadapi tantangan di tahun 2021 dan selanjutnya.

Penulis : Chandra
Foto : Sukardi

Pos terkait