Diseminar SPI, Henry Saragih Sebut Ketimpangan Reforma Agraria Masih Terjadi

Medan, KPonline – Bertempat di Gedung Pertemuan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sumatera Utara (FISIP USU), Serikat Petani Indonesia (SPI) menggelar Seminar dan peringatan 25 tahun SPI perjuangan mengwujudkan Reporma Agraria, Kedaulatan Pangan serta Hak Asasi Petani, Kamis (20/7/2023).

 

 

Dalam pidatonya, Henry Saragih yang merupakan Ketua Umum SPI memaparkan sejarah perjuangan dalam mewujudkan Reforma Agraria dimulai jauh sebelum lahirnya SPI.

 

 

“Reforma Agraria bukanlah sertifikat semata, tetapi memberikan petani yang belum memiliki lahan atas hak pada tanah. Perjuangan Reforma Agraria sendiri sudah ada sebelum SPI lahir yaitu sejak tahun 1988” papar Henry dihadapan puluhan peserta yang hadir.

 

 

Lebih lanjut, Henry menambahkan bahwa Reforma Agraria yang menjadi prioritas bagi Pemerintahan dahulu dan Sekarang belum tercapai sesuai dengan harapan.

 

“Reforma Agraria belum tercapai. Walaupun sudah ada undang-undang yang mengatur tetapi banyak hambatan dari lain sebagainya. Contoh kecilnya ialah pembangunan, maupun pengembangan pertanian dan perkebunan yang menimbulkan ketimpangan yang luas bagi Reforma Agraria. Mulai dari kepemilikan lahan yang semakin dikuasai oleh korporasi akibat dari pembangunan, pengembangan pertanian dan perkebunan” Jelasnya memaparkan ketimpangan.

 

 

Selain menjelaskan persoalan Reforma Agraria, dalam pidato yang berdurasi 20 menitan tersebut, Henry juga menyinggung tentang perjuangan mewujudkan Kedaulatan Pangan dan Hak Asasi Petani.

 

 

“Selain Reforma Agraria, SPI kini sedang berjuang tentang Kedaulatan Pangan dan Hak Asasi Petani. Hari ini dunia berlimpah pangan tetapi manusia di Dunia juga kelaparan. Ada satu Milyar manusia dunia kelaparan, ibaratnya kalau diruangan ini ada 70 orang maka 10 orang dalam keadaan lapar (hunger) dan 20 orang dalam keadaan obesitas (kelebihan makanan), atau dari total 7 milyar penduduk dunia 1 milyar berstatus kelaparan atau 2 orang berstatus obesitas. Artinya disana juga ada ketimpangan. Belum lagi terkait Hak Asasi Petani yang baru di tahun 2018 dideklarasikan banyak terjadi ketidakadilan terhadap Petani, ada yang korban nyawa dalam memperjuangkan Reforma Agraria” ungkap Henry yang juga merupakan Dewan Penasihat Partai Buruh sebelum mengakhiri pidatonya.

 

 

Diketahui, Seminar perjuangan Reforma Agraria, Kedaulatan Pangan, Hak Asasi Petani dan peringatan 25 tahun SPI ini dihadiri oleh berbagai tokoh petani dalam negri maupun luar negri diantaranya Dr. Hatta Ridho, S. Sos, MSP (Dean FISIP USU), Salmali Guttal ( EXECUTIVE Director Of Focus On The Global South), Prof. Dr. (Jun) SM Borras ( Erasmus University Rotterdam), Nelson Mudzingwa (Nasional Cordinator at ZIMSOFF LVC), Saurlin P. Siagian, S. Sos, MA (Komnas HAM), Randa Putra K. Sinaga, S. Sos. M,Kesos (Lecturer at FISIP USU PUSKAHAP) dan Zubaidah (DPW SPI Sumatera Utara). (MP)