Dalam hidup, kita semua pasti pernah sampai di titik kehilangan arah. Dimana, saat segala yang dilakukan terasa sia-sia, saat tujuan yang dulu jelas kini mengabur, dan ketika langkah yang biasanya mantap mendadak ragu. Dalam sunyi yang menggema di relung hati, banyak dari kita bertanya: “Apa sebenarnya tujuan hidup ini?” Namun sering kali kita mencari jawaban ke segala arah, dan tidak kepada satu sumber yang paling tahu tentang kita yaitu Sang Pencipta.
*Kehilangan Arah Bertanda Bahwa Kita Sedang Dicari
Kehilangan arah bukan selalu berarti kegagalan. Kadang, itu adalah sinyal bahwa kita sedang dipanggil untuk kembali. Seperti seorang anak yang terlalu jauh bermain dan lupa jalan pulang, rasa tersesat itu bukan hukuman, melainkan panggilan untuk menoleh kembali ke asal.
Sang Pencipta, dalam banyak keyakinan disebut Allah, Tuhan, atau dengan berbagai nama lain adalah sumber segala arah. Dia yang menciptakan kita bukan tanpa maksud. Ketika hidup terasa kosong, ketika usaha tak juga memberi hasil, dan ketika kesuksesan pun tak memberi rasa tenang, itulah saatnya bertanya: “Apa yang Engkau ingin aku lakukan, Ya Tuhan?”
*Dalam Doa, Kita Kembali Menemukan Diri
Doa bukan sekadar ritual. Ia adalah percakapan paling jujur dengan Sang Maha Mengetahui. Saat manusia lain tak memahami luka kita, saat orang-orang terdekat pun tak bisa menjawab kegelisahan kita, doa adalah jalan pulang. Di sanalah kita boleh menangis tanpa malu, mengaku lemah tanpa takut dihakimi, dan memohon petunjuk tanpa harus menjelaskan semuanya.
Tak perlu kata-kata indah. Tak harus dengan suara lantang. Kadang cukup dengan bisikan di hati:
“Ya Tuhan, aku lelah… aku tak tahu lagi harus ke mana.”
Dan percaya, doa tak pernah bertepuk sebelah tangan.
*Jawaban Tidak Selalu Instan, Tapi Selalu Ada
Kita hidup di dunia yang menuntut segalanya cepat. Maka wajar jika kita pun ingin jawaban Tuhan datang secepat pesan singkat. Tapi Tuhan tidak bekerja seperti mesin pencari. Dia bekerja dalam waktu, dalam proses, dalam ketulusan niat. Kadang jawaban-Nya hadir lewat seseorang yang kita temui secara tak sengaja. Kadang lewat kalimat di buku yang terbaca sekilas. Kadang lewat kejadian yang menyakitkan, tapi menyadarkan.
Yang penting adalah membuka hati. Terus bertanya, terus berjalan, dan tetap percaya. Karena arah akan datang bagi mereka yang mau mendengarkan.
*Saat Dunia Terasa Gelap, Lihatlah Cahaya-Nya
Dalam Al-Qur’an, Tuhan menyebut diri-Nya “Cahaya langit dan bumi.” Dalam kitab suci lain pun, Tuhan digambarkan sebagai penerang, sebagai pelita, sebagai penuntun. Maka saat gelap menyelimuti hati dan langkah kita, tak perlu mencari cahaya ke mana-mana. Lihatlah ke dalam, nyalakan kembali hubungan spiritual itu, dan biarkan Dia membimbing jalan.
*Bertanya Bukan Berarti Lemah
Banyak orang menahan diri untuk mengadu kepada Tuhan karena merasa harus “kuat” atau “beriman penuh.” Padahal, kekuatan justru lahir dari pengakuan bahwa kita lemah. Bahwa kita butuh ditopang. Bahwa kita tak bisa berjalan sendiri. Ketika kita berani bertanya kepada Sang Pencipta, itulah tanda bahwa kita sedang kembali ke sumber segala kekuatan.
*Jalan Pulang Selalu Terbuka
Kehilangan arah adalah bagian dari perjalanan. Tak ada kompas yang lebih akurat selain koneksi kita dengan Tuhan. Tak ada petunjuk yang lebih tepat selain yang datang dari Sang Pemilik Kehidupan.
Jadi, saat kamu mulai kehilangan arah, berhentilah sejenak. Tenangkan hati. Tundukkan kepala. Bertanyalah kepada Sang Pencipta. Karena Dia tidak pernah meninggalkanmu. Mungkin kamulah yang terlalu sibuk untuk mendengar-Nya.
“Mintalah petunjuk kepada-Ku, niscaya Aku akan memberimu petunjuk.”
(Al-Qur’an, Hadis, atau Firman Tuhan dalam berbagai ajaran yang mengandung janji paling dalam dari Sang Pencipta kepada hamba-Nya)
Jika kamu siap, kamu akan selalu menemukan jalan pulang.