Di Sepultura, KSPI Terus Konsisten Perjuangkan Upah Layak
KSPI – RI, KSPI mempunyai sikap yang konsisten untuk terus memperjuangkan upah secara terus menerus kepada pemerintah. Menurut kami, untuk upah yang sekarang ini masih belum memenuhi standar upah nasional bahkan internasional. Dari waktu ke waktu kebutuhan terus meningkat, seperti kebutuhan rumah yang merupakan kebutuhan primer.
Nantinya, kita akan masuk dalan pasar bebas ASEAN. Selain dituntut barang kita juga akan di tuntut masalah SDM, Sehingga akan terjadi kesejahteraan. Hingga saat ini, kita kalah dengan upah negara tetangga seperti
Filipina dan Thailand. Ironisnya, kita hanya bersaing dengan Kamboja dan Vietnam dalam hal upah murah.
Dalam pasar tunggal ASEAN adalah tingkat kemakmuran, maka dari itu kita harus menaikan menjadi 86 item. Negara kita memang mengalami krisis ekonomi meskipun ada pertumbuhan ekonomi di sebesar 5,7 % kurang dari peningkatan negara yang sudah bersaing di ASEAN.
Secara makro ekonomi, posisi Indonesia sangat baik yaitu pada tahun 2013 pertumbuhan ekonomi Indonesia menduduki peringkat no 2 diseluruh dunia walaupun turun di 2014 menjadi 5,7% – 5.9% tapi tetap tumbuh , GDP no 15 terkaya di dunia, invesment grade AAA-. Presiden SBY dalam pidato kenegaraannya tentang APBN tahun 2014 /2015 mengatakan Indonesia tetap tujuan utama investasi dan APBN hampir Rp 1857 T. Tetapi kehidupan rakyat dan buruhnya bertolak belakang , yaitu Gini ratio tiap tahun meningkat 0,39 (2012) dan 0,41(2013) serta 2014 bertambah lagi, ini berarti Gap pendapatan melebar dan pertumbuhan ekonomi hanya dinikmati kelas menengah atas dan menengah bawah (buruh) dibayar dengan upah murah,yang kaya makin kaya yang miskin makin miskin.
Upah buruh Indonesia terendah no 69 dari 196 negara (ILO). Oleh karenanya, KSPI ingin memperkecil angka gini ratio yaitu dengan melawan kebijakan upah murah dan pengusaha harus memberikan upah layak dengan seiring meningkatkan produktivitas dan key performance index pekerja, dengan harapan ketika upah layak maka purchasing power masyarakat naik yang berarti konsumsi domestik meningkat dan akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi (jadi tidak hanya bertumpu pada investasi saja) dengan harapan lapangan kerja baru akan tercipta,ini yang dilakukan oleh China dan Brazil dimana ekonomi mereka tumbuh dan investasi masuk tapi daya beli buruhnya juga meningkat.
Contohnya, parfum pada tahun 80’an tidak begitu kita butuhkan, tetapi sekarang kebutuhan parfum meningkat dan pekerja juga menggunakan parfum oleh karena itu kebutuhan ini sangat penting. Seperti halnya televise, tahun 80’an juga tidak membutuhkan televisi. Oleh karena itu, kita sekarang ini membutuhkan televisi sebagai kebutuhan karena itu juga kebutuhaan dasar.
Strategi peningkatan upah layak yg dilakukan oleh kspi adalah :
– Merubah nilai KHL dari 60 menjadi
84 item sebagai dasar perhitungan upah minimum,
– Mengejar ketertinggalan upah di asean, seperti upah minimum Thailand Rp 3,2 Juta, Philipina Rp 3,6 Juta, Malaysia Rp 3,2 Juta apalagi kita akan masuk pasar tunggal asean (AFTA/MEA) yang membutuhkan daya saing SDM tidak sekedar upah murah tapi kualitas SDM yang bergantung pada perbaikan pendidikan,produktifitas,dan penghapusan penyelundupan,serta perbaikan infra struktur dan sistem pajak/kepabeanan,
– Merelokasi industri padat karya/labour intensive ke daerah/propinsi yang KHL nya rendah sehingga upah minimumnya bisa bersaing dengan Kamboja,Vietnam, Myanmar (seperti di Subang,Boyolali,Jombang, Deli dll), bukan malah mempertahankan labour intensive di Jabodetabek, Karawang, Purwakarta, Batam dll,
– Menolak penangguhan upah minimum perusahaan labour intensive multinational karena upah minimum adalah safety net buruh lajang, tapi kenapa harus ditangguhkan padahal mereka mampu bayar ?. Bayangkan harga 1 piece baju H&M senilai UMP buruh sebulan atau harga 1 pasang sepatu NIKE setara upah minimum buruhnya. Ini tidak adil!
Terima Kasih
Said Iqbal
Presiden KSPI/Koordinator Rumah Indonesia