Dengan Koordinasi Jamkeswatch Bogor, Bayi Ny. Nursari di Rawat di RSUD Tarakan Jakarta

Bogor, KPonline – Berawal dari informasi seorang TKSK (Tenaga Kesehatan Sosial Kecamatan) Cileungsi Gery Gunawan dengan salah seorang anggota Jamkeswatch Bogor regional 1 Gunung Putri Indra Saputra pada Kamis 24 Mei 2018. Terkait adanya laporan dari salah satu warga Desa Pasir Angin Cileungsi yang menderita sebuah penyakit KLB (Kejadian Luar Biasa).

Apakah ada rumah sakit yang mempunyai fasilitas ruang bedah anak yang sejak lahir ada benjolan di bagian punggung bayi (bayi dari Ny. Nursari). Sebelumnya bayi tersebut dirujuk ke Rumah Sakit Fatmawati Jakarta dari Rumah Sakit Merry Cileungsi. Lalu dirujuk lagi ke Rumah Sakit Harapan Kita Jakarta yang ternyata ruangan NICU/PICU sudah penuh.

Bacaan Lainnya

Indra pun meminta alamat pasien tersebut kepada Gery Gunawan untuk dilakukan evakuasi lanjutan.Akan tetapi dikarenakan informasi adanya pasien tersebut sudah sampai ke perangkat desa setempat dan sudah ada tanggapan positif dari Kepala Desa Pasir Angin maupun tokoh masyarakat setempat, maka mereka berinisiatif untuk memberikan akomodasi agar pasien sampai di Jakarta. Atas dasar tersebutlah maka Jamkeswatch Bogor Regional 1 Gunung Putri, mengurungkan niat untuk turun tangan.

Beberapa hari kemudian, tepatnya pada 30 Mei 2018, Gery kembali menghubungi Indra untuk memantau langsung kondisi pasien dan keluarga pasien yang berdomisili di Desa Pasir Angin Cileungsi, Bogor. Indra pun sempat melihat kondisi pasien yg hanya bisa terbaring miring di tempat tidur, dengan tangisan yg menyayat hati. Ada daging tumbuh/benjolan yang menyembul di bagian punggung paaien yang begitu besar ukurannya untuk seumuran bayi.

Tentu saja hal ini menimbulkan rasa sakit yg sungguh luar biasa bagi seorang bayi, dikarenakan benjolan tersebut lembek & berair, dan ada selembar kain kasa yang menempel di bagian luka yang menganga. Orang tua dari pasien berharap ada cara lain untuk tindakan lanjutan secepatnya, terkait kondisi pasien yang masih bayi. Pasien pun diminta utk kembali lagi ke Rumah Sakit Fatmawati untuk tes lanjutan pada 07 Juni 2018, yang sebelumnya sudah menjalani tes lab dan CT-Scan. Tanpa kepastian kapan waktu untuk tindakan medis berupa operasi akan dilakukan, Jamkeswatch Bogor mendengarkan ungkapan hati dari pasien dengan seksama, sekaligus menjelaskan sistem rujukan kepada pasien.

Indra mengamini keinginan orang tua pasien yang meminta pendampingan untuk anaknya, agar dilakukan segera tindakan secepat-cepatnya

Dengan paparan keinginan orang tua pasien tersebut, Indra pun berkoordinasi dengan rekan-rekan Relawan Jamkeswatch Nasional, melalui Direktur Utama Jamkeswatch Nasional Dariyus tentang rencana dan keinginan orang tua pasien yg ingin pindah ke RSCM Jakarta untuk mendapat tindakan langsung segera.

Mendengar aduan tersebut, Direktur Utama Jamkeswatch Nasional pun mencoba berkoordinasi dengan sejumlah dokter di RSCM Jakarta maupun Rumah Sakit Dharmais. Kendala baru timbul ketika harus ada surat rujukan dari rumah sakit yang merujuk. Indra pun berpikir ulang mengingat resiko yg harus diambil jika semua proses dilakukan dari awal. Sehingga Indra pun harus berkoordinasi lagi dgn rekan-rekan Relawan Jamkeswatch Bogor regional 1 untuk kasus ini.

Kondisi pasien bayi tersebut semakin parah kondisinya, saat itu kondisinya sangat mengiris-iris hati, karena  pasien bayi tersebut hanya bisa menangis di tempat tidur dengan posisi miring kanan dan kiri saja. Benjolannya berdarah dan bernanah, yang mengakibatkan benjolan semakin membesar. Benjolan tersebut hanya ditutupi selembar kain kasa yang menempel sampai kering dan sangat sulit dilepas karena sudah menyatu dgn luka.

Pada 2 Juni 2018, malam hari sekitar pukul 21:00 WIB, Ketua Tim Relawan Jamkeswatch Bogor regional 1 berkunjung ke rumah pasien untuk melihat kondisi pasien bayi dan menanyakan kelanjutan pengobatan selanjutnya. Aden Artha Jaya Ketua Relawan Jamkeswatch Bogor regional 1, menyarankan agar sebaiknya pasien bayi berobat ke RSUD Tarakan Jakarta dengan membawa surat rujukan dari Rumah Sakit Mary cileungsi yang pernah didapat.

Keluarga pasien bayi setuju atas saran tersebut, dan akhirnya Relawan Jamkeswatch Bogor regional 1 langsung melakukan kordinasi dengn pihak RSUD Tarakan Jakarta. dr. Yudhi selaku Wakil Direktur RSUD Tarakan Jakarta, beliau menyarankan agar pasien dibawa ke RSUD Tarakan Jakarta melalui IGD agar untuk sementara waktu pasien bayi dirawat di kamar rawat inap biasa sambil menunggu ruangan intensif (NICU/PICU)

3 Juni 2018 sekira pukul 15:45 WIB pasien bayi dibawa dari rumah menuju RSUD Tarakan Jakarta, dan tiba pada pukul 17:00 WIB. Setibanya di IGD RSUD Tarakan Jakarta, pasien bayi langsung diobservasi dan CT-Scan. Saat ini pasien bayi masih di ruang rawat inap lantai 5 ruang 5206 RSUD Tarakan Jakarta sambil menunggu ketersediaan ruang NICU/PICU.

(Arief Rachman)

Pos terkait