Bojonegoro, KPonline – Hari Sab’tu, 24 Mei 2025 menjadi hari penuh haru bagi keluarga besar FSPMI. Dalam rangkaian ziarah ke makam almarhum Chamim Tohari di Padangan, Bojonegoro, suasana penuh duka dan kenangan mengiringi langkah para peziarah. Tak hanya ziarah, kegiatan ini juga menjadi momen silaturahmi ke kediaman keluarga Almarhum, yang berjarak sekitar satu kilometer dari makam.
Ziarah hari ini adalah tahun ke 10, semenjak Almarhum meninggal pada 2015 lalu.
Dalam suasana yang sarat emosi, Ketua PUK SPL FSPMI PT Pakarti Riken Indonesia, Narwoko, S.H., menyampaikan sambutan yang menyentuh hati. Dengan suara bergetar, ia menyebut Chamim Tohari sebagai role model sejati bagi pemimpin buruh.
“Beliau adalah teladan. Sosok yang selalu mengedepankan kepentingan orang banyak di atas kepentingan pribadi. Perilaku, tindakan, dan sifatnya pantas dijadikan panutan,” ujar Narwoko.
Lebih dari sekadar pemimpin, Chamim Tohari adalah sumber inspirasi. Menurut Narwoko, ziarah ini bukan sekadar mengenang kepergian, tapi seperti momen lebaran — tempat kembali, tempat mengingat semangat juang yang pernah menyala dalam diri Almarhum.
Dalam momen yang membuat hadirin menahan haru, Narwoko menyerahkan sebuah jaket milik Almarhum yang telah ia simpan selama 10 tahun. Jaket itu ia serahkan langsung kepada istri Almarhum, sebagai simbol penghormatan dan cinta yang tak lekang oleh waktu.
Air mata tak mampu ditahan ketika Narwoko menceritakan hari-hari terakhirnya bersama Chamim Tohari. Ia bahkan mengaku pernah bermimpi mencium tangan Almarhum sebelum kepergiannya.
“Saya merasa, mimpi itu adalah pesan perpisahan. Beliau pamit dengan penuh cinta,” ujarnya lirih.
Bagi Narwoko, Chamim bukan hanya milik FSPMI. Sosoknya telah menjadi tokoh pemersatu serikat pekerja di Jawa Timur.
“Saya pernah melihat organisasi lain mencetak foto Chamim Tohari di kaos mereka. Padahal mereka bukan dari FSPMI. Itu bukti bahwa perjuangannya menembus batas organisasi,” tambahnya.
Chamim Tohari telah tiada, namun semangatnya terus hidup dalam setiap langkah perjuangan kaum buruh. Ia bukan sekadar pemimpin. Ia adalah cahaya yang tak pernah padam di hati mereka yang pernah mengenalnya. (Khoirul Anam)