Caleg FSPMI Hadiri Konsolidasi Akbar PUK SPAMK FSPMI PT Musashi

Bekasi, KPonline – Konsolidasi akbar PUK SPAMK FSPMI PT Musahi yang digelar di Omah Buruh pada Minggu (24/03/2019), selain dihadiri perangkat Pimpinan Cabang dan Pimpinan Pusat hadir juga Calon Legislatif (Caleg) dari FSPMI. Mereka adalah Caleg DPR RI Obon Tabroni, Caleg DPRD Provinsi Jawa Barat Hendi Suhendi, Caleg DPRD tingkat 2 Dapil 1 dan Dapil 3 Kabupaten Bekasi Nurdin Muhidin dan Eko Purnomo.


Dalam orasinya Nurdin Muhidin menyampaikan pesan penting agar FSPMI jangan sampai karena beda pilihan politik membuat organisasi menjadi pecah belah. Selain itu, caleg petahanan hasil buruh go politik 2014 tersebut mengatakan Kabupaten Bekasi butuh orang – orang yang mau kerja keras membangun Bekasi karena dana APBD Bekasi masih banyak silpa. Ia mencontohkan banyak sekolah belum dibangun dan jalan raya Cikarang – Cibarusah yang biasa disebut jalur tengkorak belum selesai.

Bacaan Lainnya


Eko Purnomo, Caleg Dapil 3 Kabupaten Bekasi juga tak kalah semangatnya dalam menyampaikan orasi. Menurut Eko, dalam mensukseskan program buruh go politik di 2019 yang menjadi kunci kemenangan adalah buruh harus komitmen buruh pilih buruh. Di tanggal 17 April 2019 nanti, buruh akan dihadapkan dalam banyak pilihan di masing – masing wilayah.

Pria yang juga bekerja di salah satu pabrik otomotif di kawasan MM2100 tersebut berpesan agar anggota FSPMI ikut mensosialisasikan gerakan buruh go politik kepada semua keluarga dan saudara yang tinggal di Bekasi. Eko juga mengajak semua peserta yang hadir agar anggota FSPMI bersama – sama memenangkan caleg rekomendasi organisasi.

Sementara itu, Hendi Suhendi atau yang biasa dipanggil Abah menyampaikan tentang pentingnya buruh melek politik. Menurut Hendi, saat ini upah sangat erat kaitannya dengan politik. Upah Sektoral di Bekasi yang prosesnya berbelit – belit saat ini terjadi akibat produk politik yang dikeluarkan pemerintah. Upah yang berdasarkan PP 78 tahun 2015 membuat kenaikan upah sebatas inflasi dan pertumbuhan ekonomi.

“Tahun 2005 saya berjuang dengan bung Kamto dan teman – teman PC tentang upah sektoral. Tahun 2014, tahun 2015 upah kita sudah dibatasi dengan inflasi dan PDB, angkanya tidak jauh dari 10 %. Maka kita tidak bakal sejahtera, “ujar Hendi Suhendi.

“Saya tidak bicara pemagangan, saya tidak bicara TKA asing, saya hanya bicara upah. Upah adalah urat nadi kita. Upah adalah daya beli kita, upah menandakan kesejahteraan kita, “tambah Hendi.

Kondisi carut marutnya dunia perburuhan di Indonesia yang terjadi saat ini adalah pesanan pengusaha semua. Maka solusinya cuma satu, 2019 ganti presiden dan pilih caleg – caleg rekomendasi organisasi FSPMI.

Lebih lanjut Hendi menjelaskan, ia maju menjadi caleg semata-mata karena amanah organisasi, karena itu ia harus taat intruksi organisasi. Maka Hendi berharap, semua anggota FSPMI juga taat intruksi untuk memenangkan buruh go politik FSPMI. (Ed)

Pos terkait