Buruh Punya Usaha Kuliner, Kenapa Tidak?

Bekasi, KPonline – Memulai sebuah usaha bukanlah hal mudah. Apalagi modalnya terbatas. Ungkapan itulah yang dikatakan Ruli, buruh pabrik asal Tasikmalaya, Jawa Barat.

Dengan tujuan untuk merubah kehidupan yang lebih baik, menjadi modal cita-citanya pergi meninggalkan tanah kelahirannya saat itu.

Bacaan Lainnya

Ruli merantau meninggalkan kampung halamannya sejak tahun 2003. Dia kini bekerja di sebuah perusahaan, di salah satu kawasan industri Kabupaten Bekasi.

Menjadi buruh pabrik, penghasilannya kadang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhannya. Apalagi dia kini sudah menikah dan punya 2 orang anak.

Sejak saat itu dia pun berpikir bagaimana punya usaha sampingan agar dia punya penghasilan cukup bahkan bisa menabung.

“Kalau diceritain mah panjang, dulu inget banget jamannya grebek pabrik. Di PT nggak ada lemburan, penghasilan pas-pasan. Bingung saya, mau usaha apa ya?” ungkapnya pada Jumat (26/6/2020) sore.

Dia pun bercerita, di tahun 2013, dia memulai usaha jualan popcorn di pinggir jalan. Kenapa pop corn? Dia mengaku saat itu tidak punya modal untuk memulai usaha yang lebih besar.

“Kalau pas masuk pagi, sore pulang kerja saya jualan. Kalau saya masuk sore, istri saya yang jualan. Kadang anak saya ikut jualan karena nggak mau ditinggal,” katanya mengenang tahun 2013 silam.

Berkat ketekunannya berjualan pop corn selama 3 tahun, perlahan dia punya tabungan untuk mengembangkan usaha. Dengan dibantu istrinya, Ruli mulai mengembangkan usaha berjualan es durian.

Dengan berjualan es durian dan pop corn, dia pun akhirnya bisa menyewa emperan rumah toko (ruko). Setelah itu, dia mulai berjualan dengan lebih nyaman, karena terhindar dari panas ataupun hujan.

Selama 2 tahun dia berjualan es durian dan popcorn, keuntungannya dia tabung. Sedikit demi sedikit, usahanya pun berkembang pesat.

Dari awalnya hanya bisa menyewa emperan ruko, kini Ruli dan istrinya bisa menyewa ruko. Di ruko inilah, dia memulai mengembangkan usaha berjualan ayam bakar.

Tidak hanya ayam bakar, tempat kuliner yang dia beri nama ‘Dapur Tacis’ ini, juga menyediakan menu ikan bakar, ikan goreng, iga bakar, sop iga, bebek goreng dan lain sebagainya. Harganya pun cukup ramah bagi pekerja pabrik. Dapur Tacis terletak di Ruko Cifest, Jalan Raya Villa Mutiara, Ciantra, Cikarang Selatan. Berdekatan dengan soto ranjau.

Omset jualannya pun tak bisa dianggap sebelah mata. Namun adanya pandemi Covid-19, membuat usaha kulinernya mengalami penurunan hingga 50%.

“Ya, adanya pandemi ini buat saya terasa banget. Covid-19 membuat omset usaha saya turun hingga 50%. Masa PSBB kemarin, andalan saya hanya lewat Go-food dan grab food saja,” tutur pria yang juga anggota Garda Metal Bekasi ini.

Namun hal itu tidak membuatnya patah arang. Dia pun mengaku tetap semangat berjualan, apalagi kini dia punya 2 orang karyawan yang juga butuh pekerjaan.

Berkat kerja keras menjalankan usahanya, Ruli setidaknya punya tabungan lebih untuk bisa menyekolahkan anak-anaknya. Apalagi dia punya cita-cita agar anaknya bisa lulus hingga sarjana. Anak buruh pabrik bisa sekolah tinggi hingga lulus sarjana, bukan hal mustahil bukan? (Pur)

Pos terkait