Buruh Bersatu (kok) Masih Bisa Dikalahkan?

Jakarta, KPonline – Ini barangkali slogan paling heroik dalam gerakan serikat pekerja. “Buruh bersatu tak bisa dikalahkan!”

Tapi meskipun sudah bersatu mengapa masih sering kalah melulu? Ada baiknya kita melakukan otokritik. Mengevaluasi langkah diri.

Problem kita nyaris sama. Kesulitan melihat gajah yang ada di pelupuk mata. Tapi giliran kuman yang berada di seberang lautan, dengan jelas kelihatan.

Kesalahan orang lain bisa kita nyinyiri bak kritikus kelas wahid. Tapi giliran diri sendiri, merasa paling suci.

Buruh bersatu tak bisa dikalahkan.

Tentu saja kita percaya dengan kebenaran akan pernyataan ini. Persatuan adalah sumber kekuatan. Sedang perpecahan adalah awal dari keruntuhan.

Kepercayaan pada tuah persatuan itulah yang membuat kita terhimpun dalam serikat.

Sejatinya, berserikat adalah mengikatkan diri dalam satu organisasi. Bergandengan tangan erat untuk mewujudkan mimpi.

Persatuan yang kita rajut harus mampu merobohkan sekat pembatas. Bukan sekedar membentuk klik, persatuan sebatas pada kerabat dan sahabat dekat.

Ketika sebuah keputusan sudah dibuat, hanya ada satu pilihan bagi kita: taat. Satu instruksi dan satu komando.

Persatuan mensyaratkan adanya kebersamaan. Tunduk dan patuh pada apa yang sudah diputuskan oleh organisasi. Kendati pun kita tidak sependapat pada keputusan tersebut.

Sering kita temui kader serikat yang mengambil jalan berbeda dari apa yang sudah diputuskan oleh organisasinya. Ia tidak sadar, tindakannya telah mengendurkan ikatan persatuan.

Serikat tidak lagi mengikat. Maka jangan heran jika pada akhirnya “bersatu tapi masih bisa dikalahkan”.

Berbeda Itu Biasa

Perbedaan itu rahmat. Sebab dengan berbeda, kita bisa berdialektika.

Itulah sebabnya, musyawarah menjadi azas tertinggi dalam mengambil keputusan. Dalam organisasi, permusyawaratan itu mewujud dalam Ratin, Musnik, Rakernik, Muscab, Rakercab, Munas, Rakernas, Rapim, hingga Kongres.

Dalam forum-forum tersebut, kita boleh berbeda pendapat. Tapi ketika keputusan sudah dibuat, tinggal tersisa satu pilihan: berjuang sama-sama, sama-sama berjuang.

Catatan ini saya bersembahkan untuk PC SPA FSPMI Bekasi yang menyelenggarakan Muscab. Semoga makin jaya.