Balada Kalajengking dan Pengangguran

Bogor, KPonline – Setelah menonton video yang viral di dunia maya mengenai peluang bisnis baru yang disarankan Bapak sarankan. Saya mendengar itu, saya terhenyak untuk sesaat. Termangu dari lamunan disaat jam istirahat kedua kerja shift malam ini. Entah harus mengekspresikan mimik wajah yang bagaimana saya setelah menonton video tersebut. Marah, sedih, atau mungkin tertawa terbahak-bahak?

Bagaimana mungkin, seorang pemimpin sebuah negeri yang besar, sebuah negeri yang katanya kaya raya loh jinawi tata tentrem kerta raharja, menyarankan rakyatnya untuk beternak kalajengking? Kids Zaman Now pun tahu, kalau kalajengking itu binatang berbisa. Menakutkan dan berbahaya. Bahkan, seandainya Bapak-Bapak Pendiri Bangsa ini masih hidup, saya yakin mereka “melabrak” Anda sambil menggebrak meja kerja dan berkata, “Kowe, sibuk kerja opo sibuk dikerjain?

Di dunia nyata, apa yang Anda sampaikan bisa saja memicu amarah sebagian rakyat. Tidak usah jauh-jauh Anda mencari pengangguran di negeri ini, angka pengangguran yang ada di negeri ini jumlahnya jutaan, Pak. Sekira 20 km jauhnya dari Istana Bogor, tempat Anda sering berkantor dan menerima kunjungan kenegaraan, saya menyaksikan sendiri, betapa pedihnya menjadi pengangguran.

Hari ini, ketika akan melewati gerbang pabrik tempat saya bekerja, belasan calon buruh sedang berbaris tepat didepan pos sekuriti dimana saya bekerja.

Mereka berbaris laksana tentara yang akan pergi berperang. Tampak wajah khawatir dan keraguan diantara mereka. Bisa saja diantara mereka ada yang bernama Neneng, Dewi, Susanti, Asep, Yayan, Cecep, Sari, Udin, atau bahkan mungkin saja ada juga yang bernama Joko. Hari ini mereka akan menjalani tes wawancara dengan HRD dimana saya bekerja. Jika gagal, maka pupuslah harapan mereka untuk menjadi buruh pabrik. Pupuslah sudah harapan mereka untuk menafkahi keluarga dan anak-anak mereka, menafkahi pasangan hidup mereka atau setidaknya minimal untuk menafkahi diri mereka sendiri.

Saya kuatkan hati nurani saya ini, begitulah hidup. Sampai saya tak berani menoleh kembali. Tapi baru saja saya melewati gerbang pabrik, disisi sebelah kiri jalan, ratusan motor terparkir tidak beraturan.

Demonstrasi atau ada caleg yang sedang kampanye? Ternyata, lagi-lagi ratusan calon tenaga kerja baru sedang memenuhi panggilan kerja dari salah satu gerai minimarket ternama. Ratusan orang loh, Pak! Untuk mengisi posisi sekitar belasan posisi kerja saja. Bisa bapak bayangkan? Ratusan orang melamar pekerjaan hanya untuk diterima belasan orang saja.

Persis sekitar awal tahun 2000-an yang lalu. Situasi dan kondisinya hampir mirip, dengan apa yang pernah saya rasakan. Dan sekarang 18 tahun berlalu, situasi dan kondisinya tidak berubah sedikit pun, mungkin lebih parah.

Wajah potret buram jumlah pengangguran di negeri ini sudah cukup memprihatinkan, Pak. Agar bapak tahu saja, perusahaan tempat saya bekerja tidak dalam rangka menambah jumlah karyawan, akan tetapi menggantikan buruh yang akan habis masa kontraknya. Miris bukan. Pun begitu yang dilakukan oleh gerai minimarket ternama tersebut. Mereka sedang mencari calon karyawan baru, tenaga baru dan tentunya lebih fresh untuk diperas tenaga dan keringatnya. Karena memang begitulah nasib buruh, hanya diperas tenaga dan keringatnya. Kesejahteraan? Hah, mana ada buruh kecil macam buruh pabrik dan karyawan toko yang tiba-tiba menjadi kaya setelah mendapat predikat buruh rendahan?

Dimana janjimu, Pak? Katanya untuk menciptakan 10 juta lapangan kerja? Siapa yang bekerja? TKA illegal dari Tiongkok, yang unskilled dan pekerjaannya hanya memecahkan batu?

Bah, tukang sindang yang berjejer di atas jembatan Cibubur dekat Cibubur Junction pun paling jago kalau hanya memecah batu. Dimana Tri Layak Untuk Kaum Buruh yang Anda janjikan disaat kampanye pilpres 2014 yang lalu? Sudah 4 tahun berlalu, dan kondisi perburuhan di negeri ini semakin memburuk. Dengan dikeluarkannya PP 78/2015 dan Perpres 20/2017, Anda sudah “membunuh” kami. Anda “membunuh” kami secara perlahan-lahan. Sedikit demi sedikit, Anda rampas hak-hak kami sebagai buruh.

Atau begini saja, Pak. Bagaimana jika Anda sarankan kepada ratusan pencari kerja yang saya lihat tadi, Anda sarankan kepada ribuan calon tenaga kerja yang saat ini masih bingung mencari lowongan pekerjaan di negeri ini. Atau sekalian saja, Anda buat pengumuman, bahwa negara sedang membutuhkan jutaan pengangguran untuk menjadi peternak kalajengking, yang harganya menurut Anda 145 Milyar per liternya.

Anggaplah ada 2 juta pengangguran yang ada di negeri ini, jika dikalikan dengan 145 Milyar maka akan penghasilan sebesar 290.000.000.000.000.000. Dengan angka nol sebanyak itu, agak sulit bagi saya buat membacanya. Pak. Bisa bantu saya? Karena sepertinya dengan angka nol sebanyak itu, semua hutang negara bisa lunas terbayar.

Salam saya buat Anda, Pak.

Sang Peternak Kalajengking