Alien Itu Ada

Sidorajo, KPonline – Alien itu ada. Bukan sekedar jadi cerita fiksi ilmiah semacam dalam film MAN IN BLACK.

Bangsa alien sudah berkeliaran di negeri ini. Harusnya ini menjadi kekhawatiran rakyat sebagai pemilik negara.

Bahaya teroris pun kalah sadis dengan operasi alien, yang dilancarkan para alien di negeri ini. Para alien merasuk dalam tubuh banyak para pejabat penguasa. Juga merasuk pada berbagai pemimpin – pemimpin organisasi yang berpengaruh. Demikian pula banyak merasuk pada rakyat biasa.

Karena lewat mereka bangsa alien hendak menguasai negara kita. Kekayaan negeri kita akan dirampas sedemikian rupa. Sampai kita sebagai rakyat tak merasa. Karena lewat para penguasa seolah mereka bekerja untuk kesejahteraan kita. Tetapi kita tak tau apa yang mereka lakukan sebenarnya.

Ciri – ciri orang yang terjangkit alien adalah: (a) senang menumpuk harta, (b) minim kepedulian terhadap sesama manusia, (c) kalau seorang pejabat maupun pemimpin – pemimpin organisasi bicaranya menenangkan tapi tanpa kepastian karena dibelakang hendak ada maunya, (d) kalau berjanji seolah – olah hendak ditepati, namun akhirnya tetap dikhianati dengan berbagai alibi sebagai kamuflase, mau menepati kalau sudah amat terpaksa, dan (e) tidak punya prinsip yang kuat dan takut menanggung resiko.

Bahkan, teori Karl Marx yang paling sosiologis selain teorinya tentang kelas adalah teori alienasi. Alienasi dapat diartikan sebagai suatu keadaan dimanan manusia dikuasai oleh kekuatan-kekeuatan yang tercipta oleh kreasinya sendiri, yang merupakan kekuatan yang melawan manusia itu sendiri.

Alienasi (keterasingan) ada dan dijumpai orang dimana-mana dalam segala bidang dan dalam semua lembaga dimana manusia memasukinya. Tetapi alienasi yang paling penting adalah alienasi yang dijumpai di tempat orang bekerja. Alienasi sedemikian ini merupakan alienasi yang paling penting menurut Marx, terutama karena baginya manusia merupakan “Homo Faber” yaitu manusia sebagai pekerja dan pencipta.

Alienasi ekonomi dibawah kapitalisme adalah bagian dari kegiatan manusia sehari-hari dan tidak hanya merupakan aktivitas pikirannya belaka, sebagai bentuk-bentuk lain alienasi yang ada. Alienasi religius hanya terdapat dalam pikiran manusia dalam kehidupan batinnya tetapi alienasi ekonomi merupakan sesuatu yang nyata dalam kehidupan dan oleh karena itu alienasi sedemikian ini menyangkut kepada kedua aspek kehidupan, yaitu pikiran dan kenyataan.

Alienasi dalam bidang kerja mempunyai empat aspek, yaitu: (1) Manusia mengalami alienasi dari obyek yang diproduksinya; (2) Manusia mengalami alienasi dari proses poduksi; (3) Manusia mengalami alienasi atau teralienasi dari dirinya sendiri; dan (4) Manusia teralienasi dari pergaulannya dengan teman-temannya atau masayarakat.

Obyek yang merupakan hasil produknya sekarang dihadapi manusia sebagai sesuatu makhluk yang tersendiri, sebagai buruh kerja, semakin besar dan banyak pula kekuatan-kekuatan dari obyek-obyek yang diciptakannya sendiri yang harus dihadapinya dan semakin miskinlah dia dalam kehidupan batinnya dan dia akan semakin kehilangan kepribadiannya.

Dalam aktivitas produksi, bila hasil kerja itu adalah alienasi, maka produksi itu sendiri adalah merupakan alienasi yang aktif. Manusia yang terasing dari obyek karyanya serta proses produksi, orang itu juga akan terasing dari dirinya sendiri, ia tak dapat dengan sepenuhnya mengembangkan berbagai segi kepribadiannya.

Kerja adalah merupakan sesuatu yang bersifat eksternal dari si pekerja itu sendiri. Kerja bukanlah sebagian dari alamnya, dengan sendirinya, dengan sendirinya dia tidak menemukan kepribadiannya dalam bekerja, tetapi justru mengingkari dirinya. Karena itu seorang buruh hanya akan merasa senang selama waktu tenggang, sedangkan di tempat kerjanya dia merasa tidak betah. Di tempat kerjanya seorang buruh tidak merdeka, tetapi menjadi milik orang lain.

Dengan demikian, sesungguhnya hubungan buruh dengan aktivitasnya sendiri adalah sebagai sesuatu yang asing atau berlawanan, sebagai sesuatu yang bukan miliknya aktivitas yang dilakukan sesungguhnya dirasakan hanya sebagai penderitaan. Apabila hubungan seseorang terhadap kerjanya, terhadap hasil kerjanya dan terhadap dirinya sendiri baik, maka hubungannya terhadap orang lain dengan dirinya sendiri akan baik pula.

Sumber: Hotman. M. Siahaan.  1986. Pengantar  ke Arah Sejarah dan Teori Sosiologi. Jakarta: Erlangga.