Jakarta, KPonline-Buruh Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI) dan Serikat Pekerja Nasional (SPN) dari berbagai wilayah, seperti: Jakarta, Tangerang, Bogor, Bekasi, Karawang dan Purwakarta turun ke jalan melakukan aksi damai di depan kantor Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Jakarta. Aksi ini kemudian akan dilanjutkan dengan longmarch ke Kedutaan Besar Amerika Serikat dan berakhir di Kedutaan Besar Mesir. Jumat (20/6).
Aksi ini diinisiasi oleh Partai Buruh bersama Koalisi Serikat Pekerja (KSP) Indonesia, yang terdiri dari hampir 60 konfederasi dan federasi serikat buruh nasional, serta didukung oleh berbagai organisasi kerakyatan dari kalangan petani, nelayan, guru, dan elemen rakyat lainnya.
#Empat Tuntutan Utama
Dalam pernyataan resminya, Presiden Partai Buruh yang juga Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI), Said Iqbal, menyampaikan empat tuntutan utama dalam aksi ini:
1. Stop (Hentikan) perang Iran-Israel
2. Stop genosida di Gaza, Palestina
3. Amerika Serikat tidak perlu ikut campur (terlibat langsung) dalam perang Iran-Israel /untuk ikut masuk menjadi proksi Israel
4. Mendesak Pemerintahan Mesir untuk segera membuka jalur perbatasan (Jalur Rafa). Karena jalur tersebut merupakan jalan untuk memberikan bantuan logistik untuk rakyat Palestina.
“Perang adalah tragedi kemanusiaan yang merenggut masa depan kaum buruh. Akibat perang, ribuan bahkan jutaan buruh di seluruh dunia bisa kehilangan pekerjaan akibat krisis ekonomi yang ditimbulkannya,” kata Said Iqbal.
Ia pun mengungkapkan akan segera mengirim surat ke PBB untuk segera menggelar sidang darurat. “Stop perang Iran-Israel, dan buka Jalur Rafa, ” tegas Said Iqbal.
Senada dengan hal yang sama, Erik Santoso sebagai Panglima Koordinator Daerah (Pangkorda) Garda Metal FSPMI Kabupaten Purwakarta mengecam keras agresi militer Israel ke Iran dan Palestina. “Stop perang Iran-Israel, stop genosida di Gaza (Palestina),” pungkas Erik Santoso.
Prihal Genosida di Gaza, menurut Erik Santoso sudah banyak memakan korban jiwa.” Banyak rakyat Palestina yang tidak berdosa menjadi korban. Terutama Ibu-ibu dan anak-anak telah menjadi korban agresi militer (genosida) Israel,” ungkap Erik Santoso.
Ini bukan pertama kalinya FSPMI turun ke jalan demi nilai yang lebih besar dari kepentingan sektor ketenagakerjaan. Dalam berbagai kesempatan, sejarah mencatat bagaimana buruh menjadi corong suara keadilan, dari isu nasional hingga internasional. Kini, mereka kembali membuktikan bahwa suara buruh bukan hanya tentang perut, tapi juga tentang nurani dan kemanusiaan.
Ketika dunia bungkam, jalanan menjadi tempat bersuara. Dan di tengah hiruk pikuk Jakarta, suara buruh hari ini akan menjadi gema yang mengingatkan bahwa di atas segala perbedaan, kemanusiaan adalah panggilan tertinggi.