Aksi Asyik: Kaum Milenial Saat Menyampaikan Sikap Politik

Jakarta, KPonline – Asyik. Stress hilang. Rasa sesak di dada seperti terlampiaskan.

Itu adalah pernyataan kawan saya, saat pertamakali mengikuti aksi unjuk rasa. Agar memudahkan kita untuk mengenali teman saya tadi, sebut saja, namanya Susi.

Susi masih kuliah saat mengikuti aksi ini. Hari-harinya dijejali dengan teori dan teori.

Di jalanan, apa yang selama ini diajarkan oleh dosen-dosennya dibenturkan dengan realitas. Kenyataan. Dan sayangnya, tidak semua yang ia lihat seindah dengan apa yang ada di atas kertas.

Sebagian besar mahasiswi, seperti halnya Susi, mendambakan bisa cepat kerja usai lulus sekolah nanti. Tetapi mereka yang sudah bekerja justru mengeluhkan kondisi yang buruk ini.

Nyaris tidak ada kepastian. Karena banyak buruh yang hanya berstatus karyawan kontrak, yang bisa saja tidak diperpanjang ketika habis mas kontraknya.

Temannya, Ratna, bahkan harus menjalani sistem magang. Dengan hanya mendapatkan uang saku harian.

Jangan ditanya layak? Karena meskipun apa yang dikerjakannya sama persis dengan pekerja tetap di perusahaan itu, tetapi upah yang ia terima sebagai pekerja magang tidak ada setengahnya.

Kenapa mau? Jawabnya adalah, karena terpaksa.

Kalau saja ada yang lebih baik dari ini, ia juga memilih yang lebih baik lagi. Masalahnya, ketersediaan lapangan kerja sulit dicari.

Akhirnya tidak sedikit anak-anak muda yang bekerja apa adanya. Alasannya simple. Daripada nganggur.

Itulah sebabnya, bagi Susi, dengan aksi ia bisa menyampaikan inspirasi. Mengungkapkan isi hati dengan berani.

“Aksinya asyik, bang,” katanya kepada saya.

Saya mengangkat jempol ke arahnya. Tersenyum.

Kendati tidak dengan wajah dan penampilan yang sangar, tetapi keberadaanya di tengah massa aksi memperlihatkan sikap politiknya. Sebuah sikap yang makin langka. Karen kebanyakan anak-anak sesuainya justru asyik dengan dunianya.

Terus teranglah. Bahwa kita yang tua-tua ini, tidak mengerti dengan dunia mereka. Para milenial yang membuat dunia menjadi fenomenal.

Tugas kita adalah melibatkan mereka dalam gerakan. Sembari memberikan kepercayaan kepada mereka untuk mengaktualisasikan sikap politiknya dengan caranya sendiri.