Tak Kenal Maka Tak Sayang

Jakarta, KPonline – Seberapa banyak masyarakat yang memahami pentingnya serikat pekerja? Tidak banyak. Jumlah pekerja yang tergabung dalam serikat pekerja hanya dalam kisaran 3 juta, dari kurang lebih 50 juta pekerja formal di Indonesia. Sedikit sekali.

Itulah sebabnya, diperlukan kerja yang lebih serius untuk meningkatkan keterlibatan kaum buruh dalam organisasi serikat pekerja. Ini adalah pekerjaan yang tidak bisa dianggap enteng.

Sebagai organisasi perjuangan, ada saja orang yang tidak suka dengan serikat pekerja. Mereka berusaha menghancurkannya. Membuatnya lemah. Beragam cara dilakukan untuk memberangus keberadaan serikat pekerja.

Salah satunya adalah dengan melakukan kampanye anti serikat pekerja secara terselubung. Misalnya dengan mengatakan, kesejahteraan pekerja sudah diperhatikan pemerintah dan pengusaha. Buat apa ikut serikat, hanya diambil iurannya saja — memperkaya pengurusnya.

Tentu saja, itu tuduhan yang keliru. Bahwa benar serikat pekerja membayar iuran. Tetapi bukan untuk memperkaya pengurus, melainkan untuk memastikan gerakan serikat berkartabat. Agar gerakan tidak tunduk pada penyandang dana, karena ia dihidupi oleh anggotanya sendiri.

Karena itu, saya sangat senang ketika mendapatkan kabar, puluhan anggota FSPMI Jepara menggelar acara bagi-bagi takjil gratis di gerbang masuk Kabupaten Kudus, tepatnya di Desa Tanggul Angin, pada akhir Ramadhan lalu.

Tidak hanya bagi-bagi takjil, mereka juga membentangkan spanduk ajakan untuk berserikat. Selain seruan agar buruh bersatu, tak pandang bendera, perlu juga menyatukan kaum buruh yang belum memiliki bendera.

Tentu saja, apa yang dilakukan FSPMI Jepara patut ditiru. Bahkan dalam momentun lebaran ini, sambil bersilaturahmi, ada baiknya kita menceritakan aktivitas serikat pekerja kepada sanak kerabat dan kawan-kawan dekat. Agar apa yang kita lakukan di daerah-daerah industri tidak ada jarak dengan elemen masyarakat yang lain.

Ceritakan bahwa saat ini serikat pekerja menolak kenaikan tarif dasar listrik. Kebijakan yang makin memiskinkan rakyat.

Sampaikan bahwa kita menolak outsourcing dan pemagangan. Sistem kerja yang saat ini menjadi ancaman bagi adik-adik kita yang batu lulus. Juga sampaikan agenda serikat pekerja dalam memperjuangkan jaminan kesehatan yang lebih baik.

Pada awalnya adalah cerita, tetapi dari sanalah kemudian lahir dukungan.

Apabila kita hanya diam, hanya berdiskusi dan berdebat di kalangan sendiri — tanpa meluaskan gerakan — kita hanya akan menjadi seperti katak dalam tempurung. Kelihatan sibuk sendiri, tetapi tidak berdampak.

Ada istilah zaman dulu yang masih relevan hingga sekarang: tak kenal maka tak sayang.

Barangkali inilah saatnya untuk membuka hati. Menjalin komunikasi di sela agenda silaturami pada iedul fitri ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *