Bekasi, KPonline – Saat itu 4 Oktober 2004. Hari dimana saya pertama masuk kerja di PT Musashi.
Sebelumnya, perkenalkan nama saya Deny Raharjo. Teman-teman sering memanggil saya dengan nama ‘’Jangkunk’’. Di Musashi, saya bekerja sebagai operator produksi.
Sebagai karyawan baru, tahun 2004 itu, saya belum tahu apa itu serikat pekerja atau PUK. Beberapa bulan setelah saya bekerja, ada acara aksi buruh di Jakarta. Saya ikut. Sejak saat itulah saya mulai tertarik dalam berbagai kegiatan PUK, terutama tentang permasalahan buruh.
Dalam mengikuti agenda-agenda PUK atau serikat, kita harus berkorban waktu dan tenaga. Waktu yang seharusnya bisa kita gunakan untuk beristirahat atau berkumpul dengan keluarga.
Kata atau jargon ‘’Solidarity Forever’’ itulah yang membuat saya tergerak untuk ikut belajar berorganisasi atau berserikat.
Setelah 2 tahun menjadi karyawan kontrak, alhamdulillah saya diangkat menjadi karyawan tetap.
Beberapa tahun setelah diangkat, PUK meminta perwakilan line sebagai penghubung atau penyambung lidah antara serikat dengan anggota. Di PUK kami menyebutnya pleno.
Setelah menjadi pleno saya jadi lebih tahu tentang cara berorganisasi atau berserikat.
Jam atau hari yang dimana buat istirahat atau untuk berkumpul dengan keluarga kita korbankan untuk organisasi.
Saya tertarik dalam berserikat karena akhir-akhir ini isu-isu perburuhan terutama masalah kesejahteraan buruh.
Meskipun di perusahaan kami hak-hak karyawan relatif sudah terpenuhi, tapi di luar perusahaan masih banyak teman-teman kita di perusahaan lain masih jauh dari kata sejahtera. Disitulah jargon FSPMI ‘’SOLIDARITY FOREVER’’ selalu didengung-dengungkan, agar kesejahteraan bisa dirasakan semua elemen buruh.
Semoga kedepannya PUK SPAMK FSPMI PT Musashi lebih solid. Baik antara perusahaan dengan serikat dan serikat dengan anggota. Sehingga akan terwujud kesejahteraan.
Penulis: Deny Raharjo
