‘Wong Ndeso’ Jadi Wasit Utama Bulutangkis Olimpiade Tokyo 2020

Bekasi, KPonline – Ya dia orang kampung (Ndeso) Wahyana, seorang guru olahraga SMP Negeri 4 Patuk Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta menjadi sorotan penggemar olahraga di Indonesia. Pria berusia 53 tahun ini menjadi wasit utama pertandingan final Olimpiade untuk cabang bulutangkis tunggal putri.

Salah satu tim Media Perdjoeangan Bekasi sangat akrab pasalnya Wahyana adalah seorang guru yang olah raga yang pernah mengajarnya saat SMP tahun 1991 an silam.

Saat melihatnya di layar televisi memimpin laga bulu tangkis antara percaya dan tidak. Namun begitu kutipan berita viva.com ternyata benar beliau guru olahraga yang saya kenal 30 tahun silam.

“Saya ikut bangga salah satu guru yang pernah mengajar olahraga saat SMP, menjadi perwakilan Indonesia memimpin pertandingan final bulutangkis putri olimpiade Tokyo 2020,” ungkap Yanto.

Wahyana diketahui memimpin laga puncak tunggal putri antara Chen Yu Fei dari China melawan Tai Tzu Ying asal Taiwan. Pertandingan ini dimenangkan oleh Chen Yu Fei dengan skor 21-18, 19-21 dan 21-18.

Wahyana mengatakan bahwa memimpin pertandingan final Olimpiade Tokyo 2020 menjadi salah satu pencapaiannya yang tertinggi. “Ya boleh dikatakan top karier saya (memimpin final Olimpiade),” kata Wahyana, Selasa 3 Agustus 2021.

Wahyana juga menjelaskan ada 36 orang wasit yang disiapkan memimpin pertandingan Olimpiade cabang bulutangkis. Dari 36 orang ini 11 diketahui berasal dari Asia dan Wahyana satu-satunya dari Indonesia.

“Saya satu-satunya dari Indonesia. Kemudian dipercaya memimpin jalannya perebutan emas di kelas tunggal putri,” terang Wahyana.

Warga Sidomulyo, Kecamatan Godean, Kabupaten Sleman Yogyakarta ini mengaku memimpin sebuah pertandingan final adalah kebanggaan tersendiri. Terlebih untuk memimpin final diharuskan benar-benar sosok yang terbaik dan berkompeten.

“Tentu ada sebuah kebanggaan tersendiri, sebab dalam final itu hanya dicari wasit terbaik dari seluruh yang ada. Alhamdulillah saya dipercaya,” ucap Wahyana.

Alumnus Fakultas Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) atau dulu bernama IKIP Yogyakarta ini mengaku memang menggemari olahraga sejak masih kecil. Dulunya, Wahyana adalah atlet voli. Sayangnya karena cedera engkel, Wahyana tak lagi bermain voli.

Usai sembuh dari cedera engkel, Wahyana pun menjajal menjadi atlet bulutangkis. Yang kemudian berlanjut menjadi wasit bulutangkis.

Karier menjadi wasit Wahyana diawali menjadi hakim garis dari tahun 1998 sampai 2000 diberbagai pertandingan. Setelahnya Wahyana pun mengikuti ujian kompetensi wasit tingkat DIY. Di level ini Wahyana menjadi yang terbaik dan berlanjut ke level nasional.

“Di tingkat Nasional A saya mendapatkan capaian terbaik. Kemudian saya dikirim mengikuti Asia Accreditation di Kuala Lumpur pada tahun 2006 silam. Lanjut lagi Asia Certification di Johor,” urai Wahyana.

Wahyana pun kemudian mengikuti BWF Accreditation dan mendapatkan sertifikasi atau lisensi tertinggi pada tahun 2016 lalu. Selama karirnya menjadi wasit, Wahyana telah memimpin berbagai kejuaraan.

Mulai dari SEA Games, Asean Games, Kejuaraan Dunia, Paralimpic, Piala Sudirman, Piala Thomas/Uber, World Tour Finals dan lainnya. Total sudah ada 77 negara yang disinggahinya sebagai wasit pertandingan.

Situasi pandemi COVID-19 diakui Wahyana membuat perbedaan di Olimpiade. Wahyana menyebut di Olimpiade Tokyo 2020 dirinya sebagai wasit benar-benar dikarantina.

“Ya jelas berbeda. Biasanya ramai penonton. Saat pandemi seperti ini boleh dikatakan kita seperti orang karantina. Masuk hotel tidak boleh keluar hotel. Masuk stadion, tidak boleh ke mana-mana, jadi hanya stadion hotel terus,” ucap Wahyana.

Dari uraian Wahyana dibuktikan wong ndeso (Kampung) bisa memberikan kontribusi dan capaian terbaik, setidaknya dengan menjadi wasit utama bulu tangkis perebutan emas olimpiade Tokyo 2020 membawa nama harum Indonesia di kancah internasional. (Red)