Syukuran Anak Bisa Jalan, Seorang Ibu di Cikarang Sebar Uang Koin

Bekasi, KPonline – Rasa syukur dikarenakan anak mulai bisa jalan kerap kali dilakukan oleh orang tua dengan tradisi saweran atau menyebarkan uang koin. Salah satu keluarga yang ada dikampung Ciberem, desa Mekar Mukti, kecamatan Cikarang Utara, kabupaten Bekasi melakukan tradisi saweran saat anak pertamanya mulai bisa berjalan.

Tradisi ini dalam bahasa sunda sering disebut lelangkah halu. Saweran itu sengaja dilakukan keluarga sebagai ungkapan rasa syukur anak pertamanya yang bernama Aira Oktviana yang berusia 17 bulan.

Hesti Suminar selaku orang tuanya sengaja mengundang anak-anak sekitar untuk berkumpul di depan rumahnya. Pengumuman dilakukan sehari sebelum saweran dilaksanakan, dan memanfaatkan pas momen hari libur.

Saat tiba waktunya keluarga menyiapkan bahan saweran yang meliputi beras putih, uang koin, dan permen. Nampak anak-anak, dan orang dewasa sudah berdatangan begitu juga para orang tua yang tidak kalah antusias mengikuti acara saweran tersebut.

“Sebelum saweran dilakukan anak-anak beserta orang tuanya pun sudah datang depan halaman rumah. Ini adalah sebagai bentuk rasa syukur saya karena Aira anak saya sudah bisa berjalan. Saya merasa senang dan terharu melihat anak saya sudah bisa jalan,” ucapnya dengan nada haru.

Menurutnya, tradisi saweran memiliki makna sesuai dengan yang disawerkan, salah satunya uang sebagai simbol kemakmuran, kelak anaknya saat dewasa nanti akan menjadi orang sukses selalu ada dalam kemakmuran. Permen bagian dari simbol dalam perjalanan sang anak selalu manis, sedangkan uang kertas, dan uang koin bagian dari simbol berbagi oleh warga yang melakukan lelangkah halu.

“Semakin banyak yang ikut dalam saweran suasana akan semakin rame, rasa syukur saya, rasa kegembiran saya sudah tidak bisa diucapkan lagi ketika melihat anak kesayangan sudah mulai bisa jalan. Alhamdulillah ya Allah puji syukur tak terhingga atas semua apa yang engkau berikan untuk keluarga saya,” tambahnya lirih.

Tradisi saweran pun bukan hanya dalam acara sykuran seperti ini, namun sering dilakukan juga dalam acara pernikahan, dan kehitanan anak. Hal ini justru dilakukan demi untuk melestarikan tradisi yang sudah ada dari zaman nenek moyang.

Penulis: Jhole
Foto: Jhole