Assalamualaikum warrohmatullahi wabarokaatuh
Mohon maaf mengganggu hari ulang tahun anda. Nama saya Ruston Efendi, salah satu dari sekian ribu buruh FSPMI yang ada di kota Gresik. Kota industri yang Insya Allah dipenuhi rahmat dan barokah oleh Allah SWT.
Beberapa waktu lalu saya membaca tulisan anda terkait aksi buruh FSPMI yang didalamnya ada Garda Metal yang salah satunya menuntut dihapuskannya kebijakan tax amnesty.
Disana pula anda juga menyertakan beberapa gambar barisan pasukan dimana salah satunya adalah barisan Garda Metal yang anda sebut sebagai pasukan nasi bungkus.
Sebagai salah satu pembaca status Denny Siregar, saya tidak percaya bahwa orang sekelas anda, penulis di media sosial berskala nasional membuat tulisan tanpa didahului dengan tabayyun. Isinya fitnah belaka.
Selama ini saya sendiri beranggapan bahwa anda menulis sesuatu pasti didahului dengan menggali informasi dari sumber-sumber yang akurat dan terpercaya. Namun melihat tulisan tentang aktifitas kami, anggapan saya itu seketika runtuh.
Tentu saja saya marah akan tulisan itu, karena ini tidak fair dan menggiring opini negatif terhadap kami. Terhadap sesuatu yang benar-benar kami hindari.
Anda membuat tulisan, membuat kesimpulan dan menjustice kami sedemikian rupa hanya karena salah satu tuntutan kami yang berbeda dengan kepentingan politik anda. Anda sangat luar biasa ceroboh.
Tentunya amarah ini tidak boleh berlama-lama. Maka selanjutnya saya berkeinginan pada dua hal:
Pertama, mengundang anda ke Gresik untuk berdialog dengan kami. Kenapa kami mengundang? Mengapa harus Gresik? Saya beranggapan bahwa berbicara dengan seorang Denny Siregar tidak hanya sekedar bicara, tapi juga harus memberi bukti, menyaksikan langsung aktivitas kami kesehariannya diluar jam kerja. Kami di Gresik berinisiatif yang mengundang karena Gresik punya agenda yang 100% sama dengan agenda FSPMI nasional dan kami juga ingin menjamu Denny Siregar dengan baik.
Kedua, menawari Denny kerja di minimarket milik buruh. Saya tidak bermaksud apa-apa. Saya khawatir Denny menulis ini hanya sekedar berbisnis ‘klik like’ di fesbuk, sebagai buzzer politik, atau apalah. Saya yakin bekerja di minimarket yang sepenuhnya didirikan oleh buruh, akan lebih barokah dibanding berbisnis rendah seperti itu.
Tidak ada respon dari Denny atas tawaran saya ini. Akan tetapi saya kaget ketika Denny Siregar mengunggah dengan menyertaka capture inbox kawan saya yang berantusias ingin mengundang Denny.
Dalam setatus tersebut Denny Siregar menilai undangan Gresik tidak ada manfaatnya dan menantang debat secara terbuka di depan stasiun tivi dan disaksikan orang banyak. Tidak lupa Denny Siregar juga akan mengajak buruh yang dianggap ‘cerdas dan terdzolimi oleh aksi buruh untuk ikut serta dalam debat tersebut.
Maka dengan segala kerendahan hati kami siap menerima tantangan tersebut. Meski kami hanya kelas buruh dengan pendidikan pas-pasan kami siap menghadiri tantangan tersebut. Kami juga memiliki keterbatasan finansial sehingga kami akan mengirim paling banyak dua orang saja, sedangkan kami mempersilakan Denny mengajak buruh yang dianggap ‘cerdas’ dan yang terdzolimi asebanyak-banyaknya.
Terkait waktu dan tempat kami serahkan sepenuhnya pada Denny Siregar.
Mari memahami sebelum menulis.
Hormat saya, Ruston Efendi. Buruh pabrik di Gresik. (*)