Sosok Dibalik Puisi “Majulah Kaum Buruh” yang Membuat Pendengarnya Merinding

Medan, KPonline – Dibacakan dengan lantang oleh Trinor Wibowo, salah satu tim Media Perdjoeangan saat aksi unjuk rasa Hari Buruh Internasinal yang di gelar oleh Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia Provinsi Sumatera Utara (FSPMI SUMUT). Puisi itu mampu membuat pendengarnya merinding. Tersemangati.

Siapakah sosok dibalik Puisi berjudul “Majulah Kaum Buruh” tersebut.

Dia adalah Nurfadly. Seorang pekerja yang sudah bekerja selama berpuluh tahun sebagai karyawan di Perusahaan PDAM Titanadi Medan. Lelaki yang gemar menyatu dengan kehidupan alam dan lingkungan ini merupakan penanggung jawab Komunitas pencinta Alam The Jaka Friend Tamora yang kerap memberi masukan tentang perjuangan FSPMI kususnya di pilar organisasi Jamkeswatch dan Media Perdjoeangan di Sumatera Utara.

Dalam diskusi ringan Media Perdjoeangan, Jamkeswatch dan The Jaka Friend Tamora, dia kerap memberi pandangan yang luar biasa dalam pengembangan kemajuan meningkatkan kerja sosial yang di lakukan oleh pilar FSPMI SUMUT.

“Saya melihat perjuangan FSPMI, dan saya juga berteman dengan orang-orang FSPMI SUMUT, itu sudah cukup bagi saya untuk mendefinisikan kemana arah perjuangan yang kawan-kawan bangun. FSPMI bukan hanya berbicara tentang advokasi tentang buruh. Hebat, dengan hanya bermodalkan kesadaran FSPMI juga mendidik buruh dan membantu masyarakat umum dengan tanpa pamrih, tanpa imbalan. Saya sangat tertarik kepada Jamkeswatch, Garda Metal, dan Media Perdjoeangan yang tak henti-henti menebarkan kebaikan di masyarakat umum mengangkat hal-hal yang memang dibutukan oleh masyarakat,” tutur Nurfadly.

Inilah puisi yang ditulis Nurfadly sebagai kado penyemangat gerakan Buruh di Hari Buruh Internasional MAY DAY.

MAJULAH KAUM BURUH

Waktu masih menggigil
Deru terus berpacu…
Langkah gontai kaum buruh
Dipaksa menghambah pada Napsu…

Mereka yang masih lelap
Dalam mimpi panjang nikmat…
Esok hanya bersepakat
Pada Penguasa yang Khianat..

Setan terbahak-bahak
Tubuh tambun harta bertimbun…
Menjalin rantai untuk mengekang..
Buruh tersengal mati terlentang…

Tak ada jalan kecuali menentang…
Hadapi penghisap dengan lantang…

Maju…. !!!
Majulah kaum buruh….!!
Gelap akan menjadi hilang…!!
Ditelan mentari yang benderang.