Sespim IV FSPMI: Membuka Tabir Serbuan Investasi dari China

Jakarta, KPonline – “Jika sebelumnya imprealisme dan kolonialisme menggunakan militer sebagai sebagai ujung tombak untuk menguasai sebuah Negara, maka saat ini mereka menggunakan “hutang” sebagai ujung tombak pengganti kekuatan militer. Tak heran jika saat ini berbagai Negara di dunia misalnya China dan Amerika Serikat, berlomba-lomba memberikan hutang kepada Indonesia, agar mereka bisa menguasai negeri yang kita cintai ini.”

Hal ini diungkapkan oleh Ichsanuddin Noorsy, pengamat ekonomi yang bertindak sebagai nara sumber dalam pendidikan Sespim FSPMI angkatan ke IV (5 – 7 Desember 2016) di kantor DPP FSPMI, Jakarta. Sebagai seorang pengamat ekonomi kondang, harus diakui jika paparan yang diberikan Ichsanuddin memberikan wawasan baru bagi peserta sespim, dalam memahami kondisi ekonomi Indonesia saat ini. Tak salah jika Ichsanuddin mengatakan buruh KSPI sebagai salah satu bagian penting dari bangsa Indonesia harus memiliki pengetahuan mutakhir terkait masalah ini.

Melanjutkan paparannya, Ichsanuddin juga menuding “mafia barkeley” punya andil besar dalam menciptakan kondisi tersebut. Tak heran, jika saat ini demokrasi yang berjalan di Indonesia adalah demokrasi korporasi yang menghasilkan sistem politik palsu ditandai dengan lahirnya lembaga pemimpin-pemimpin palsu, anggota-anggota DPR palsu, Hukum yang tidak berkeadilan, kebijakan-kebijakan politik palsu dan kekuasaan-kekuasaan palsu.

“Demokrasi korporasi merupakan sebuah sistem demokrasi yang dijalankan oleh Bandar (pemilik modal) dengan harapan output dari demokrasi tersebut akan bekerja untuk kepentingan mereka (Bandar). Salah satu kebijakan palsu yang lahir dari demokrasi korporasi adalah PP 78 tahun 2015 yang membatasi upah demi kepentingan pemilik modal,” ungkapnya.

Mafia Berkeley sendiri merupakan sebuah julukan yang lazim diberikan kepada sekolompok menteri bidang ekonomi dan keuangan yang menentukan kebijakan ekonomi Indonesia pada masa awal pemerintahan Presiden Suharto. Mereka disebut mafia karena pemikiranya dianggap sebagai bagian dari rencana CIA untuk membuat Indonesia sebagai boneka Amerika oleh seorang penulis muda Amerika Serikat.

Disisi lain, Ichsanuddin juga mengungkapkan saat ini sedang terjadi pertarungan antara kapitalisme BUMN yang di wakili oleh China dengan kapitalisme korporasi yang diwakili oleh Amerika Serikat dan melahirkan pemenang sementara adalah China dengan kapitalisme BUMN nya. Ditandai dengan maraknya investasi-investasi yang dilakukan pemerintah China diseluruh belahan dunia.

Dahsyatnya lagi, sistem kapitalisme BUMN yang dimotori oleh China ini tidak hanya memasok modal sebagai investasi, lebih dari itu pemerintah China disaat bersamaan juga memasok warga negaranya sebagai tenaga kerja ke Negara yang menjadi tujuan investasi. Dan ini biasanya tertuang dalam perjanjian kerja sama dengan Negara bersangkutan. Hal ini menjawab pertanyaan mengapa Indonesia saat ini banjir tenaga kerja asing dari China.

Menghadapi kondisi ini, Ichsanuddin melanjutkan, Amerika Serikat mengambil beberapa langkah strategis guna membendung serbuan investasi dari China, bahkan baru-baru ini Presiden Barack Obama membatalkan perjanjian penjualan salah satu perusahaan milik Amerika Serikat kepada China. Langkah ini diambil demi melindungi kepentingan nasional mereka dari serbuan “modal” China. Pertanyaannya apa yang sudah dilakukan pemerintah Indonesia untuk melindungi kepentingan nasionalnya?

Sespim FSPMI angkatan ke IV ini dibuka oleh Sekretaris Jenderal DPP FSPMI, Riden Hatam Aziz, berhubung Presiden DPP FSPMI Said Iqbal berhalangan hadir karena menghadiri agenda ILO di Bali. Setelah pembukaan di kantor pusat DPP FSPMI di Jakarta, rencananya Sespim FSPMI angkatan ke IV akan dilanjutkan hingga selesai di gedung TC FSPMI di Puncak, Bogor. (*)