Serikat Pekerja dan Benteng Pertahanan Buruh

Bekasi, KPonline – “Benteng pertahanan para pekerja itu adalah Serikat Pekerja, jika sampai saat ini masih ada pekerja yang belum berserikat atau ada pekerja yang sudah berserikat namun hanya sekedarnya, berarti adalah pekerja yang tidak mengenal tentang kekuatannya,” coleteh kang Henut Hendro, Rabu (25/11/2020).

Lalu apa benteng pertahanan pekerja setelah diluar pabrik, seperti yang kita ketahui setelah kita berada di luar pabrik, masalah yang dihadapi lebih luas, komplek dan hampir sama yaitu tentang harga sembako yang cenderung tidak terkendali. Tentang biaya kesehatan yg mahal, biaya pendidikan mahal, dan intinya adalah tentang biaya hidup yang berat, dimana semua itu nyaris membuat penghasilan para pekerja hampir tak berarti dan selalu tergerus, meski para pekerja menghabiskan hampir sebagian waktu bekerja untuk menutupi biaya hidup yang selalu kurang.

Lalu mengapa ini bisa terjadi ?

Sesungguhnya semua ini adalah tentang motif ekonomi dan penguasaan ekonomi serta pemanfaatan mayoritas.

Seperti yang kita ketahui bahwa ekonomi dikendalikan dan dikuasi oleh para kapitalis pemilik modal dengan memanfaatkan para mayoritas sebagai obyek termasuk pekerja untuk memenuhi keinginan para kapitalis.

Lalu apa yang seharusnya dilakukan oleh para pekerja ?

Hal yang mesti dilakukan oleh para pekerja adalah sudah seharusnya para pekerja juga membangun benteng pertahanan ekonomi untuk menyelamatkan penghasilannya dan diri mereka agar tidak terus menjadi obyek kapitalis, dengan cara bersama-sama membuat dan menciptakan apa yang mereka butuhkan secara bersama. Misal membuat klinik, rumah sakit, membuat bank bersama, membuat minimarket, supermarket bersama, membuat perusahaan bersama, menciptakan lapangan pekerjaan bersama yang semua itu dimiliki secara bersama dengan cara patungan bersama, dalam satu wadah gerakan yaitu gerakan penguatan ekonomi bersama (Cooperative).

Sudah saatnya para pekerja mengenali dirinya sendiri, mengenali kekuatan kebersamaan yang mereka miliki untuk membuat mereka keluar dari kesulitan yang mereka hadapi.

Berserikat namun tidak berkoperasi seperti mengisi air kedalam ember kosong yang banyak lubang.

Dan inilah yang terjadi, PHK makin mudah terjadi, banyak pekerja yang bekerja puluhan tahun tidak mempunyai cadangan keuangan dan yang ada adalah justru hutang, nyaris sudah tidak ada lagi pengangkatan karyawan tetap hampir di semua perusahaan, lapangan pekerjaan makin sulit, status kerja makin tidak jelas. Banyak pekerja yang setelah ter PHK justru kondisinya tidak lebih baik disaat masih bekerja dan lain sebagainya.

Yuk gunakan purchasing power yang dimiliki pekerja untuk menolong bersama, Berserikat dan Berkoperasi sejahtera lah pekerja Indonesia, Aamiin. (Henut/Yanto)