Seperti Apa Keterwakilan Kaum Buruh Perempuan Dalam Pergerakan Buruh?

Bogor, KPonline, – Peran buruh perempuan dalam pergerakan dan perjuangan kaum buruh, tidak dapat dipandang sebelah mata. Pun meski didalam kenyataannya, peran buruh masih saja dipandang sebelah mata oleh sebagian kaum buruh yang lainnya. Dalam hal ini, tentu saja bukan kaum buruh laki-laki yang dimaksud, karena bisa jadi dari kaum buruh perempuan pun ada juga yang masih berprasangka negatif dan memandang dengan sebelah mata, peran dari kaum buruh perempuan yang aktif di organisasi serikat pekerja/serikat buruh.

Kaum perempuan, sudah seharusnya menjadi pelopor dalam dalam beberapa hal atau bidang tertentu. Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan, kaum perempuan juga bisa menjadi pemimpin didalam segala hal, termasuk menjadi pemimpin didalam sebuah gerakan kaum buruh. Karena ada banyak perusahaan, terutama di pabrik-pabrik, yang mayoritas pekerjanya adalah kaum perempuan.


Seperti yang dituturkan oleh Nani Kusmaeni, Vice President FSPMI Departemen Bidang kepada Media Perdjoeangan. “Berdasarkan data yang ada di DPP FSPMI, keterwakilan kaum perempuan di FSPMI sudah melebihi dari apa yang sudah diharapkan selama ini. Lebih dari 30% dari target yang selama ini kami inginkan. Bahkan kedepannya, kami akan menargetkan 40% keterwakilan kaum perempuan, di segala lini kepengurusan FSPMI. Mulai dari tingkat PUK hingga tingkat kepengurusan DPP. Dan tentu saja, kami tetap akan mengedepankan kualitas dan kapasitas kader-kader kaum perempuan tersebut,” tutur Nani Kusmaeni, disela-sela Workshop Organizing di Pelangi Hotel and Resort, Sentul, Bogor.

Hampir senada dengan Nani Kusmaeni, Direktur Direktorat Organisasi DPP FSPMI Muhammad Nur Yasin yang juga menjadi pemateri dalam agenda kegiatan organisasi kali ini, juga menyuarakan hal yang sama. “Sudah seharusnya, kaum perempuan memiliki kesadaran dalam berserikat. Bahkan, kaum perempuan juga harus mampu mengorganisir kaum buruh perempuan yang lainnya,” ucap Muhammad Nur Yasin kepada Media Perdjoeangan.

“Perempuan, adalah segmen yang boleh dibilang ekslusif di dalam pergerakan dan perjuangan kaum buruh. Hanya perempuanlah yang mengetahui dengan jelas dan pasti, apa saja kebutuhan, kemampuan dan keinginan kaum perempuan itu sendiri. Sehingga, tidak hanya kesadaran dalam berserikat, akan tetapi kaum buruh perempuan harus mampu mengorganisir sesama kaum perempuan,” lanjut Yasin.

Terkait keterwakilan kaum perempuan disetiap jenjang kepengurusan serikat pekerja/serikat buruh di FSPMI, Yasin menjelaskan bahwa, keinginan, kualitasdan kapabilitas kaum perempuan juga harus bisa diakomodir dengan baik. “Kapasitas dan kapabilitas kaum buruh perempuan juga harus menjadi parameter dalam penilaian. Agar terus muncul dan berkembang, kader-kader pemimpin kaum buruh, dari kalangan kaum perempuan,” jelas Yasin. (RDW)