Saatnya Berkarya dan Bersuara

Penulisan Buku Sejarah

Bekasi, KPonline – Hidup bersosial dan berjejaring bersifat universal. Karena hal itu merupakan naluri dasar manusia dalam mempertahankan hidupnya.

Dengan kata lain, naluri manusia adalah berkumpul dan saling terkait. Berserikat.

Hal ini tidak terbantahkan, sebagaimana ternukil dalam berbagai kajian sosiologi. Bahkan sejak lama falsafah Jawa mengatakan, mangan ora mangan ngumpul, yang artinya makan tidak makan yang penting berkumpul.

Falsafah itu, merupakan kearifan lokal lawas yang barangkali dalam dimensi tertentu sudah tidak cocok lagi saat batas-batas wilayah negara sudah sedemikian kabur. Mengapa? Sebab falsafah ini menekankan salah satu atau beberapa sebaiknya tidak “keluar” dari kelompoknya. Tetapi inti dari ajarannya tidak akan pernah kabur. Pentingnya berkumpul. Berserikat.

Di era globalisasi ini, keniscayaan telah menerkam falsafah lawas yang menekankan bahwa apapun yang terjadi yang penting berkumpul itu. Sekarang manusia berdiaspora ke seluruh sudut dunia.

Mereka mencari kehidupan dan penghidupan yang lebih baik, mereka tidak lagi ngumpul dalam satu kelompok besar tetapi berpencar. Hanya saja, meski mereka berpencar tetapi tetap berada dalam satu ikatan. Ikatan yang tidak semata-mata homogen, misalnya hanya ikatan keluarga semata. Tetapi bersifat heterogen, berdasarkan minat, kepentingan, keinginan cita-cita, harapan dan pengalaman yang sama.

Dewasa ini, ikatan mereka adalah ketersambungan diantara mereka melalui sebuah mesin canggih kasat mata yang di ciptakan Sir Timoty Berners-lee pada awal 1990, yaitu internet.

Dengan mesin ini, mereka tidak lagi berpegang pada falsafah mangan ora mangan ngumpul, tetapi mangan ora mangan ngenet.

“Ngenet” atau berinternet mengindikasikan ketersambungan, berbagi rasa dan pengalaman meski mereka terpisah jarak, ruang dan waktu. Telah lama diyakini bahwa digitalisasi internet membuat dunia seakan-akan menjadi datar.

Falsafah sederhana yang saya dapatkan dari budaya orang tua dan mengikuti training media dan komunikasi pada tanggal 6 hingga 8 September 2017 lalu, yang di selenggarakan oleh IndustriAll Global Union dan SASK.

Pelatihan selama 3 hari itu, merangsang kesadaran saya untuk mengikuti perkembangan media. Caranya tidak lain menceburkan diri langsung dalam kecenderungan baru orang bersosial di dunia maya, yaitu internet.

Sebelumnya hal ini sesering mungkin dengan durasi yang minim saya hindari. Memang bertemu fisik sangat baik, tetapi menggunakan media sosial bisa jadi juga akan efektif. Tergantung bagaimana kita mengelola.

Melalui media sosial, terbukti bahwa kebesaran sebuah nama di media konvensional (baca tradisional) belum tentu menjamin keberhasilan yang bersangkutan di dunia online. Seorang pesohor tiba-tiba bisa menjadi “bukan siapa-siapa” di dunia internet dan ia tidak berhak protes. Akan tetapi dengan jargon “dunia itu datar”, setiap orang bisa tampil untuk menyampaikan sesuatu; opini, pemikiran, tulisan, gagasan, kreasi, dan lain-lain.

Ambil sebuah contoh media buruh yang makin berkibar: koranperdjoengan.com. Ia lahir disaat yang tepat, dimana setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk berkarya dan bersuara.

Memang, koranperdjoengan.com bukan media di mana para penulis, jurnalis, atau kolomnis elite berkumpul. Ini adalah sebuah situs yang menjadi etalase para buruh mempunyai kesempatan untuk menyampaikan gagasan dan pandangannya.

Tanpa harus mendefinisikan untuk kemudian mengagung-agungkan makna “demokrasi”, demokratisasi dengan sendiri telah berjalan di koranperdjoengan.com. Salah satu parameter demokrasi adalah kebebasan berpendapat selama masih dalam tatanan, etika dan moral yang baik.

Terbukti, koranperdjoengan.com menjadi magnet dan daya tarik baru di media sosial Indonesia karena ia memberikan atau menyampaikan konten yang di buat para anggotanya, buruh biasa yang semula suaranya nyaris tidak terdengar.

Secara demokratis, buruh bisa ikut menulis. Secara demokratis pula, pembaca bisa menilai dan menanggapi tulisan itu.

Jadi tunggu apa lagi? Mari berkarya dan bersuara. Tulis pemikiran dan gagasan cerdasmu, agar dunia tahu apa yang ada dalam benakmu.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *