Reforma Agraria Menuju Negara Sejahtera

Jakarta, KPonline – Peringatan Hari Tani di Indonesia, 24 September 2022, pada hari ini digunakan buruh tani nelayan untuk kembali menggelar aksi unjuk rasa di seputar patung Kuda, silang Monas, Jakarta.

Hadir dalam aksi ini tokoh tokoh buruh, serikat pekerja dan juga Partai Buruh, sebut saja Presiden FSPMI, Riden Hatam Aziz beserta jajaran dan juga Presiden Partai Buruh, Said Iqbal. Salah satu tuntutannya adalah reforma agraria selain dua tuntutan lainnya yaitu tolak Omnibus Law dam tolak kenaikan harga BBM.

Bacaan Lainnya

Sebagai salah satu isu utama hari ini, istilah reforma agraria adalah suatu istilah yang dapat merujuk kepada dua hal. Secara sempit istilah tersebut merujuk pada distribusi ulang lahan pertanian atas prakarsa atau dukungan pemerintah. Sedangkan secara luas istilah tersebut merujuk pada peralihan sistem agraria suatu negara secara keseluruhan, yang sering kali juga meliputi reformasi pertanahan.

Reformasi agraria dapat mencakup kebijakan dalam bidang kredit, pelatihan, penyuluhan, penyatuan tanah, dll.

Bank Dunia mengevaluasi reformasi agraria menggunakan lima dimensi: (1) harga dan liberalisasi pasar, (2) reformasi pertanahan (termasuk pengembangan pasar pertanahan), (3) saluran pasokan atas pengolahan hasil dan input pertanian, (4) keuangan pedesaan, (5) institusi pasar.

Petani dan nelayan memiliki posisi yang sangat strategis dalam pemenuhan pangan masyarakat Indonesia, sehingga peningkatan komoditas pertanian dan perikanan amat perlu dilakukan. Konflik agraria dan sengketa tanah menjadi salah satu gesekan yang mengganggu efektivitas kehidupan pertanian dan perikanan.

Setidaknya ada dua pemicu konflik agraria, pertama kurang tepatnya hukum dan kebijakan pengatur masalah agraria, baik terkait pandangan atas tanah, status tanah dan kepemilikan, hak-hak atas tanah, maupun metode untuk memperoleh hak-hak atas tanah. Kedua, kelambanan dan ketidakadilan dalam proses penyelesaian sengketa tanah, yang akhirnya berujung pada konflik.

Akibatnya, banyak petani dan nelayan yang kehilangan mata pencaharian dan akhirnya menjadi pengangguran. Pengangguran menyebabkan bertambahnya penduduk miskin di daerah terpencil seperti pedesaan yang sebagian besar adalah petani dan nelayan. Oleh karena itu, Reforma Agraria hadir untuk mempersempit ketimpangan penguasaan dan pemilikan tanah yang sejatinya akan memberikan harapan baru untuk perubahan dan pemerataan sosial ekonomi masyarakat secara menyeluruh. Sebuah harapan bahwa reforma agraria bisa menjadi jalan menuju sebuah negara sejahtera.

Dikabarin dalam aksi Hari Tani hari ini, akan hadir perwakilan para buruh tani nelayan dari berbagi daerah di Jabodetabek yang akan berkumpul di Jakarta.

(Jim).

Pos terkait