Peringatan Hari Lahir Pancasila Ala Sedulur Sikep JM-PPK

Blora, KPOnline – Sebelum disahkan menjadi dasar Negara, Pancasila seolah sudah menjadi budaya bangsa karena nilai-nilai tersebut telah ada dalam kehidupan bangsa Indonesia berupa nilai adat istiadat, kebudayaan dan nilai agama. Hal inilah yang menginspirasi Sedulur Sikep yang juga tergabung dalam JM-PPK (Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng) mengadakan kegiatan “renungan dan brokohan” pada hari  Selasa (31/5/2022) bertempat di Pendopo Pengayoman Samin Surosentiko, Plosokediren, Randublatung, Blora.

Dalam acara memperingati hari lahir Pancasila tersebut Gunretno selaku Koordinator Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng menjelaskan maksud dari kegiatan itu.

“Kami menyebutnya dengan renungan, karena Pancasila sejatinya sudah menjadi roh dalam laku hidup sehari-hari. Untuk bisa memaknai Pancasila hingga menjadi laku hidup sehari-hari, maka kami mengajak seluruh sedulur sebangsa dan setanah air untuk terus Neng Ning Nung”, tuturnya.

Neng yang berarti ‘meneng/diam’, maksudnya adalah mengendapkan semua hal yang telah kita jalani dan alami dalam hidup berbangsa dan bernegara agar hati kita terus Ning yang berarti ‘wening/jernih’ hingga kita terus bisa melihat secara jernih apapun yang terjadi dalam semua peristiwa hidup ini sehingga kita bisa terus mengerti apa yang menjadi kehendak Semesta Raya yang kami sebut sebagai Nung yang berarti ‘Dunung/Kehendak Suci’ Kita harus terus sadar dan mau mendengarkan dengan telinga hati apa yang menjadi kehendak Sang Kehidupan”, lanjutnya kemudian.

“Bukan kehancuran tetapi kehidupan bagi seluruh makhluk yang ada dengan terus menjaga kelestarian Ibu Bumi. Bukan keserakahan/ penguasaan, tetapi kemuliaan bagi seluruh makhluk (ojo njajah, emoh dijajah). Demikianlah keyakinan Sedulur Sikep yang dihidupi dalam keseharian kami”, pungkasnya.

Dirinya juga menjelaskan bahwa semua laku tersebut telah tersurat dan tersirat dalam Pancasila, yang kemudian mereka ejawantahkan 5 sila dalam Pancasila adalah seperti berikut :

Sila 1: menyembah Gusti Allah/ Sang Maha Kehidupan berarti peduli dengan ciptaanNYA.

Sila 2: manusia adalah ciptaan yang luhur, oleh karena itu pikir dan lakunya harus memuliakan sesama dan seluruh makhluk, bukan menghancurkan.

Sila 3: Persatuan Indonesia jangan hanya dimaknai dengan utuhnya teritorial tanpa memandang harkat hidup makhluk yang ada di daratan Indonesia, di bawah lautan Indonesia maupun di wilayah udara Indonesia.

Sila 4: Rakyat sudah memberikan mandatnya kepada dewan perwakilan rakyat, jangan dipermainkan mandat tersebut karena suara rakyat adalah suara Sang Kehidupan itu sendiri dan jangan hanya dilihat sebagai jumlah suara yang harus didulang.

Sila 5: Keadilan sosial berarti mendukung seluruh rakyat untuk berperan aktif dalam semua lini kehidupan, termasuk dalam upaya menyelamatkan ruang hidup dan kekayaan alam Indonesia.

Di akhir katanya Gunretno juga menyampaikan harapannya supaya Pancasila tidak dijadikan symbol semata.

“Semoga Pancasila bukan hanya dijadikan jargon atau simbol yang beku, tetapi dihidupi dalam laku oleh seluruh rakyat Indonesia, seluruh pemimpin negeri ini dan seluruh anggota Dewan Perwakilan Rakyat di Indonesia”, harapnya.