Pengangguran di Banten Tertinggi, Penyebabnya Bikin Buruh Sakit Hati

Aksi ribuan buruh Banten menuntut upah layak, Kamis (23/11/2017).

Serang, KPonline – Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Banten menjadi yang tertinggi di Indonesia. Jumlahnya mencapai 8,52%. Bersama Jawa Barat dan Maluku, Banten masuk 3 (tiga) besar pengangguran terbesar. Jumlah pengangguran terbuka di Jawa Barat 8,17% dan di Maluku sebesar 7,27%.

Data di atas dipublikasikan oleh Sakernas periode Agustus 2018.

Namun demikian, sesungguhnya TPT Banten menurun dari 9,28% menjadi 8,52%. Hal yang lain, pada triwulan III, ekonomi Banten tumbuh 5,89% dengan industri manufaktur menyumbangkan kontribusi yang besar.

Provinsi Banten, Jawa Barat, dan Maluku merupakan tiga daerah dengan pengangguran tertinggi.

Publikasi Sakernas menyebutkan, sektor industri manufaktur inilah yang menjadi daya tarik banyak pendatang dengan keterampilan yang tidak sesuai dengan industri. Upah minimum yang tinggi juga disebut sebagai biang keladi TPT tinggi di Banten.

Sementara di Jawa Barat, TPT turun dari 8,22% menjadi 8,17%. Sedangkan ekonomi pada Triwulan III tumbuh 5,2% dengan penciptaan lapangan kerja terjadi di sektor akomodasi dan makan minun, industri manufaktur, perdagangan, dan transportasi.

Sama seperti di Banten, pengangguran yang tinggi terjadi karena upah minimum yang tinggi.

Publikasi yang menyebut salah satu penyebab banyaknya pengangguran di Banten karena UMK yang terlalu tinggi, tentu saja membuat para buruh sakit hati. Apalagi, saat ini buruh Banten sedang berjuang untuk menuntut kenaikan UMK di atas PP 78/2015.

Sementara itu, Gubernur Banten Wahidin Halim berkilah, keberadaan 14 ribu industri di Banten menjadi penyebab tingginya angka pengangguran di ujung barat Pulau Jawa ini.

“Karena kita kan kemarin di-surveinya setelah anak-anak lulus ujian. Jadi mereka mencari kerja, terus dari luar juga ke sini, mencari kerja di sini dan tinggal di sini,” kata dia, Selasa (6/11/2018).

Dia menyebut jika Jawa Barat (Jabar) dan Banten menjadi target utama lulusan sekolah dan sarjana untuk mencari kerja.

Sakernas menyebut salah satu penyebab banyaknya pengangguran adalah upah minimum yang tinggi di tiga daerah tersebut.

Selain itu, Upah Minimum Regional (UMR) di Banten terbilang tinggi, sehingga mengurangi minat investor untuk menanamkan modalnya. Mereka lebih memilih mencari wilayah dengan upah yang relatif lebih rendah.

“Pabrik-pabrik yang membutuhkan tenaga kerja besar, sudah pindah ke Jawa Tengah, makanya pengangguran di sana rendah, karena UMK-nya rendah,” tutur dia.

Persoalan lain, adanya calo tenaga kerja yang bisa memasukkan masyarakat sebagai pegawai di sebuah perusahaan. Terutama di Kabupaten Tangerang dan Kabupaten Serang, sebagai daerah penyumbang industri TPT tertinggi di Banten.

“Seperti (perusahaan) Masih (Kabupaten Serang), masyarakat yang mau masuk, harus menyiapkan uang Rp 4 juta. Kemarin sudah kita rapatkan juga. Masyarakat sekitar tidak punya kesempatan (kerja) karena ada calo-calo itu,” jelasnya.

Namun demikian, kalangan buruh menolak upah minimum yang tinggi menyebabkan banyaknya pengangguran. Justru ketika buruh memiliki daya beli, maka akan memciptakan pertumbuhan ekonomi.