Patungan dan Sebuah Gerakan Baru Kaum Buruh

Bekasi, KPonline – Kondisi pergerakan khususnya organisasi buruh saat ini sangatlah menurun seperti minim ide, terlebih kondisi Pandemi. Kita juga mengerti, dan paham hampir seluruh kegiatan atau pun pergerakan yang dilakukan oleh buruh, mahasiswa, dan masyarakat, sangat-sangatlah di batasi.

Bahkan mungkin lebih tepatnya sengaja dibungkam untuk diam kerena bersebrangan dengan kebijakan/aturan yang dibuat oleh penguasa/rezim saat ini.

Ketertarikan apa yang disampaikan oleh Suroto PH di saat kesempatan diskusi, ngobrol, sekaligus berkunjung di sekretariat Koperasi Usaha Bersama Sejahtera Sosial Masyarakat (UBSSM CO-OP) kurang lebih dua tahun yang lalu.

Dia adalah peneliti, pemerhati, praktisi, kader partai koperasi yang juga sekaligus sebagai ketua AKSES (Asosiasi Kader Sosio-ekonomi Strategis).

Kurang lebih, penyampaian dalam pesannya seperti kondisi organisasi buruh saat ini dengan semakin bertambahnya serikat pekerja/buruh, federasi dan konfederasi, akan tetapi dari segi keanggotaanya semakin hari, semakin berkurang karena efek dari kebijakan hingga berujung ledakan PHK.

“Ini fenomena apa, gejala apa ? Ternyata gejala bahwa kaum buruh atau pun masyarakat Indonesia itu semakin hari, semakin pragmatis yang hanya memikirkan tentang kepentingan dirinya sendiri,” kata Suroto.

Koperasi UBSSM COOP yang dirintis juga dibangun oleh kawan-kawan buruh di Bekasi ini adalah sebagai kebangkitan baru sebuah gerakan. Ya, gerakan baru pekerja adalah pemilik (Worker Is Owner).

Bahwa kaum buruh/pekerja harus bersatu (bersama) harus lebih solid, kompak dan kuat tetapi juga harus mampu memberikan jawaban konkrit terhadap kesulitan dalam persoalan yang ada saat ini.

Bukan hanya sekedar menjual mimpi maupun menjual idiologi kosong belaka, akan tetapi langsung bergerak demi sebuah kesuksesan yang akan diraihnya kelak.

“Saya memiliki keyakinan, walaupun saat ini, besok atau pun lusa gerakan ini, mungkin nanti akan banyak ombak yang naik dan turun. Omset penjualan toko (Worker Mart) yang tidak sesuai dengan target bahkan minus dan mungkin efek kelelahan dari kawan-kawan anggota. Tetapi kalau ada semangat kebersamaan dari semua anggota Koperasi UBSSM semuanya dapat diselesaikan. Karena sesungguhnya lawan kita adalah mereka yang memiliki sifat rakus (kapitalisme),” tutur pria berkaca mata itu.

Kepada Media Perdjoeangan, Henut selaku ketua koperasi UBSSM pun menerangkan mesti adanya tentang revolusi ekonomi sosial politik yang mesti dilakukan. Patungan bersama untuk mengambil alih kembali negara ini dari cengkraman ekonomi asing, dan mengelolanya secara mandiri.

“Bukankah gotong royong menjadi budaya sebagai jati diri bangsa, dan diri kita, ayo kita tumbuhkan, bangkitkan kembali budaya maupun jati diri itu. Selama kekuatan ekonomi tidak dibangun maka kita tidak akan pernah mempunyai kemandirian apapun termasuk para buruh/pekerja. Selama buruh/pekerja tidak membangun gerakan penguatan ekonominya, maka mereka akan terus menjadi obyek gerakan oleh pihak lain dalam kerakusan ekonomi politiknya,” ungkap Henut tegas.

Hal ini akan terus menjadi bagian dalam pusaran manajemen konflik ekonomi sosial budaya serta politik yang sengaja diciptakan oleh para pengusaha rakus hingga kalangan elit politik rakus. Pergerakan buruh/pekerja akan terus ada karena terciptanya kebijakan yang bertolak belakang terus dihadapkan.

Penulis : Yachubus
Editor : Jhole
Foto : Ocha