OS PLN: Bertaruh Nyawa Agar Tetap Menyala

Ketua Umum Pimpinan Pusat SPEE FSPMI, Judy Winarno | Foto: Herveen

Apa yang akan terjadi jika dunia tanpa listrik? Tentu kita akan menyaksikan malam-malam yang gelap gulita. Hari-hari yang menyebalkan karena peralatan elektronik tidak menyala. Kehidupan kembali ke jaman batu.

Kita mengakui, listrik adalah bagian penting dalam kehidupan kita. Tetapi pernahkah kita berfikir, bagaimana kehidupan para buruh yang bekerja siang dan malam untuk memastikan agar listrik tetap menyala? Sejujurnya, sering kita tidak peduli dengan mereka. Padahal mereka harus bertaruh nyawa agar listrik tetap bisa menyala.

Bacaan Lainnya

Dalam acara buka puasa bersama di Sekretariat DPP FSPMI (Kamis, 10 Juli 2014), Ketua Umum Pimpinan Pusat SPEE FSPMI, Judy Winarno menyampaikan kabar yang cukup mengejutkan. Menurutnya, sejak Januari 2014 hingga saat ini, sedikitnya ada 5 orang yang meninggal dunia.

“Di Purwakarta, ada 2 orang yang tenggelam. Ada listrik padam, mereka harus memperbaiki dengan naik perahu melewati danau. Kemudian perahunya terbalik dan tenggelam. Satu orang meninggal di Jakarta karena tersengat listrik. Satu lagi terjadi di Bekasi,” ujar Judy. Ia menambahkan, yang cacat karena pekerjaannya itu juga banyak.

Mereka yang sering mengalami kecelakaan sebagian besar bekerja di Bagian Yantek, Pelayanan Teknik. Ironisnya, sebagian besar dari mereka statusnya adalah Outsourcing PLN. Dan bukan hanya tidak mendapatkan kepastian kerja. Upah yang mereka terima pun tidak lebih dari UMK.

“Di Karawang, malah upahnya kurang dari UMK,” kata Judy.

Menurut Judy, pegawai PLN yang sering datang ke rumah-rumah untuk mencatat meter, memperbaiki listrik padam hingga membuat tagihan adalah Outsourcing. Saat ini, banyak diantara mereka yang di PHK karena ada strategi baru dari PLN. Sebagian besar yang di PHK ada di bagian administrasi. Karena menurut PLN, administrasi adalah pekerjaan inti. Sehingga tidak boleh lagi menggunakan buruh Outoucing.

“Teman-teman kita di bagian itu harus di PHK atau di mutasi,” demikian Judy menuturkan. Ia menambahkan, mereka yang di PHK sebagian besar adalah yang berserikat. Di Bekasi, ada 400 lebih OS PLN yang di PHK. Di Cianjur sekitar 100 orang dan di Banten Selatan hampir 50 orang. Rencananya, pada bulan Juli ini di Sukabumi juga akan terjadi PHK atau mutasi.

Seperti pepatah, habis manis sepah dibuang. Barangkali itulah gambaran atas apa yang dilakukan oleh PLN. Hal ini mengingat, DPR sudah secara tegas menyatakan bahwa OS PLN melanggar Undang-undang Ketenagakerjaan. Demi hukum statusnya harus dirubah menjadi karyawan tetap.

PHK besar-besaran terhadap OS PLN menyebabkan derita kepada keluarga mereka, karena tidak lagi memiliki penghasilan. Apalagi di bulan Ramadhan seperti sekarang, yang juga bertepatan dengan tahun ajaran baru.

“Di Bekasi sudah tujuh bulan di PHK. Sementara yang di Cianjur sudah 5 bulan,” kata Judy.

Karena itu, menurut Judy, organisasi berencana memberikan bantuan kepada mereka secara ekonomi. Rencananya, DPP FSPMI akan segera membuat penggalangan dana solidaritas. Bukan hanya untuk kawan-kawan OS PLN. Tetapi juga kawan-kawan lain yang juga mengalamai permasalahan yang sama, misalnya Indofood Purwakarta, Interbat Sidoarjo, dsb. (Kascey)

Pos terkait