Naik Peringkat, Indonesia Duduki Posisi 4 Negara Tujuan Investasi

Jakarta, KPonline – Tentu saja, seharusnya ini adalah berita yang menggembirakan. Bagaimana tidak? Saat merilis survei prospek negara tujuan investasi 2017-2019 pada hari Rabu (7/6/2017), United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD)  menempatkan Indonesia dalam posisi keempat. Sebelumnya Indonesia hanya menempati urutan 8 sebagai negara yang dinilai memiliki prospek investasi.

Sementara itu, tiga negara yakni Amerika Serikat (AS), China, dan India masih menjadi negara dengan prospek investasi yang paling menjanjikan seperti survei 2016.

Sementara itu negara Asia Tenggara lainnya juga dinilai memiliki prospek investasi yang menjanjikan. Thailand berada di urutan kelima, sebelumnya hanya ada posisi 14.

Adapun Filipina ada diurutan 10 turun satu peringkat. Vietnam di urutan 12 baik 2 peringkat, dan Singapura ada diurutan 13 naik 5 peringkat dibandingkan sebelumnya.

Dalam laporannya, UNCTAD menuturkan bahwa para eksekutif yang disurvei masih memiliki kepercayaan kepada negara-negara di Asia Tenggara menjadi pendorong ekonomi di Asia selain China dan India.

Sentimen para eksekutif untuk terus berinvestasi pada dua tahun ke depan meningkat. Perubahan teknologi dan ekonomi digital menjadi pendorong peningkatan investasi lintas batas.

Meski begitu, mereka juga masih melihat adanya ancaman bagi peningkatan investasi mulai dari situasi geopolitik, terorisme, hingga gejolak sosial masyarakat.

Permasalahannya adalah, apa makna semua ini bagi kaum buruh dan rakyat Indonesia?

Tidak banyak perubahan. Upah buruh masih terbelenggu dengan PP 78/2015. Tarif Dasar Listrik makin mahal. Harga-harga kebutuhan pokok masih saja tinggi, di tengah daya beli masyarakat yang terus menurun. Baru-baru ini, pemagangan disahkan. Hal ini semakin menghantui kepastian kerja di Indonesia.

Mau daya yang lebih ekstrim? Dalam laporannya, Oxfam menyatakan kekayaan empat milyader terkaya di nusantara, tinggi dari total kekayaan 40 persen penduduk  miskin – atau sekitar 100 juta orang. Indonesia masuk dalam enam besar negara dengan tingkat kesenjangan ekonomi tertinggi di dunia. Pada tahun 2016, satu persen orang terkaya memiliki hampir setengah (49 persen) dari total kekayaan populasi.

Hanya dalam satu hari, orang Indonesia terkaya bisa mendapatkan bunga deposito dari kekayaannya, lebih dari seribu kali daripada dana yang dihabiskan penduduk Indonesia termiskin untuk kebutuhan dasar sepanjang tahun. Jumlah uang yang diperoleh setiap tahun dari kekayaan itu bahkan akan cukup untuk mengangkat lebih dari 20 juta orang Indonesia keluar dari jurang kemiskinan.

Oxfam juga melaporkan, walau menyandang predikat negara dengan pertumbuhan urbanisasi tertinggi di Asia, ketimpangan penduduk di perkotaan di Indonesia meningkat, demikian pula ketimpangan antara daerah pedesaan dan perkotaan. Oxfam mengingatkan, kesenjangan antara yang kaya dan yang miskin merupakan ancaman serius bagi kesejahteraan masa depan Indonesia.