Muralnya Dihapus, #Jokowi404NotFound Malah Jadi Trending Indonesia

Jakarta, KPonline – Sebuah mural mirip wajah Presiden Joko Widodo yang tergambar di sebuah kolong jembatan sekitar wilayah Batuceper, Kota Tangerang telah dihapus oleh aparat gabungan setempat beberapa hari lalu.

Gambar tersebut sebelumnya memperlihatkan gambar wajah yang mirip dengan Jokowi namun pada bagian matanya ditutupi dengan tulisan 404: Not Found dan berlatar merah.

Bacaan Lainnya

Namun hal itu justru mengundang banyak reaksi di masyarakat. Netizen di timeline Twitter malah menjadikan foto ini menjadi viral bersama tagar #Jokowi404NotFound (14/8).

Dan ketika semua dibungkam tinggal tunggu bom waktu yang akan bicara,

Yg satu pesta baliho untuk memdokrat elecbilitas capres 2024 disaat rakyat bertahan menghadapi pageblog

#Jokowi404NotFound tulis akun @Brono52222779

Padahal gak ada namanya, tapi koq tersinggung sih? Repot kalo negara beserta aparatnya ngurusin ketersinggungan krn disentil rakyat sendiri. Daripada cari pelukisnya, mending cari Harun Masiku noh..
#Jokowi404NotFound tweet akun @samododiw

Orang “berkreasi” lewat Mural aja dikejar, Lebay BANGET gak sih ?
Kita hidup di Negara komuniss atau demokratis ?

Akhirnya rame #Jokowi404NotFound oceh @pakarkampanye

Pemerintah pun akhirnya sibuk meladeni ketersinggungan, mulut dibungkam dan tembok yg tak bicara pun ikut dibungkam.

#Jokowi404NotFound tulisan dari akun @fiddinroyan

Anak seni itu berkarya saat ada keresahan/unek”
Kalo emang karyanya offended ya berarti ngena
Dan emang ga lagi baik-baik saja bikini buttom ini

#Jokowi404NotFound kata @hnnngggeeengggg dalam akunnya.

Saat suara , kritikan baik offline maupun online semua nya di bungkam. Kini tembok ini jadi saksi bisuu untuk ke diktatoran rezim jokowi juga..miris, kmna rakyat harus mengadu? #Jokowi404NotFound ungkap akun @beban_idup_

Pantauan Media Perdjoeangan sampai siang ini, #Jokowi404NotFound masih saja trending di Indonesia, setidaknya sudah 7000 lebih tweet yang beredar di lini masa.

Apapun itu, kebebasan berekspresi dan berpendapat harusnya bisa menjadi bagian dari alam demokrasi di Indonesia. Bukan malah ketakutan, ketersinggungan dan baperan yang berujung pembungkaman terhadap kritik rakyatnya sendiri.

(Jim).

Pos terkait