Menumbuhkan Jiwa Pemimpin Pekerja Perempuan Untuk Hadapi Diskriminasi

Bogor, KPonline – Kamis, 21 November 2019. Dalam sejarah Islam mencatat nama-nama besar para muslimah di zaman Rasulullah SAW yang telah memberikan kontribusi pentingnya dalam dakwah Islam. Mereka antara lain Aisyah, Asma binti Abu bakar dan masih banyak muslimah yang memiliki jiwa kepemimpinan di masa tersebut.

Maka dari itu, melalui Refreshing Course Women’s Leadership WORKSHOP yang dilakukan di Training Center FSPMI Cisarua-Bogor, Jawa Barat. Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia terus menguatkan gerakan perjuangannya dalam menghadapi diskriminasi yang ditujukan kepada pekerja dengan menumbuhkan jiwa kepemimpinan yang baik, melalui pekerja perempuan.

Bacaan Lainnya

Berbicara gerakan buruh di Indonesia. Sebelum terbentuk FSPMI, serikat pekerja atau serikat buruh (SP/SB) yang hadir saat itu, tidak memiliki kekuatan yang berarti dalam memperjuangkan nasib buruh ke arah yang lebih baik. Karena para pemimpinnya pada masa itu, dikendalikan oleh para aparatur negara yang tidak berpihak kepada kaum buruh.

Kahar S Cahyono selaku Vice Presiden Bidang Infokom FSPMI mengatakan; “FSPMI hadir atau lahir untuk memurnikan kembali nilai-nilai perjuangan kaum buruh. Saat ini FSPMI selalu mendapat capaian-capaian yang baru untuk kesejahteraan anggotanya, karena dipimpin oleh seorang pemimpin yang benar-benar murni memikirkan nasib pekerja,” pungkasnya.

Selain hal-hal diatas, Vice Presiden Bidang Infokom Dewan Pimpinan Pusat FSPMI tersebut juga menjelaskan panjang lebar sejarah perjalanan panjang awal mula terbentuknya Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI) melalui materi dan video dokumenter kepada para peserta Refreshing Course women’s Leadership WORKSHOP.

Diskriminasi kepada pekerja perempuan seakan tiada henti menghampiri. Saat ini, diskriminasi dalam hal pajak melalui PPh 21 menyelimuti pekerja perempuan. Karena potongan pajak PPh 21 yang dibebankan kepada mereka nilainya ternyata lebih besar daripada pekerja laki-laki atau pekerja pria. Itungannya, pekerja perempuan masih dianggap lajang sedangkan pekerja laki-laki tidak, walau sudah memiliki anak satu sampai tiga.

Rossa Febriyanti selaku Bidang Hubungan Internasional dan Bidang Pendidikan Dewan Pimpinan Pusat FSPMI, dalam kesempatan tersebut menambahkan dengan mengatakan kepada awak media perdjoeangan; “Setelah Refreshing Course Woman’s Leadership WORKSHOP berakhir, Jiwa Kepemimpinan bisa tumbuh dan hadir di dalam sanubari para peserta yang hadir. Sehingga untuk selanjutnya bisa paham terhadap isu-isu diskriminasi yang ditujukan kepada pekerja perempuan dan kedepannya, bersama FSPMI melakukan pergerakan untuk melawannya. Kemudian diharapkan juga kepada mereka untuk bisa ikut berperan aktif lagi dalam setiap kegiatan yang diadakan Bidang Perempuan FSPMI,” ucapnya.

Jiwa kepemimpinan bukan hanya harus dimiliki oleh kaum Adam saja, akan tetapi kaum hawa dan dalam hal ini adalah wanita atau perempuan, rasanya juga harus memilikinya. Karena dibalik memiliki jiwa kepemimpinan yang baik, kaum Hawa atau wanita atau perempuan, mereka mampu untuk mendidik anak-anak mereka dengan baik setelah berumah tangga. Dan dalam hal berserikat, khususnya di FSPMI, mereka bisa menjadi contoh atau motivator bagi rekan-rekan sesama anggota dalam pergerakan organisasi.

Pos terkait