Karawang, KPonline – Cuaca hujan tidak menghalangi sejumlah buruh Karawang untuk datang ke Aula Masjid Al-Ghammar, Karawang Barat Selasa (27/3/2018), untuk menyambut Kunjungan kerja presiden FSPMI Said Iqbal pukul 14.00 wib.
Rustan selaku Ketua Konsulat Cabang Kab. Karawang memberikan sambutan pertama dengan selalu terus memberikan semangat kepada seluruh buruh yang hadir dalam acara tersebut untuk tetap konsisten dalam memperjuangkan UMSK Karawang yang sampai hari ini masih dalam proses. “Mudah-mudahan tahun ini UMSK Karawang tetap menjadi jawara sesuai slogan yang diberikan bupati karawang yaitu Karawang Jawara, Karawang Juara” imbuhnya.
Obon Tabroni sendiri dalam sambutannya menyampaikan, bahwa apa yang didapat oleh kawan-kawan buruh Karawang tahun ini yaitu upah tertinggi se Jawa Barat bukanlah proses yang mudah. Mengingatkan kita akan kilas balik perjuangan buruh karawang tahun 2008 pasca teman-teman buruh Karawang mengalami satu periode konflik yang berkepanjangan, namun mampu kita selesaikan yang akhirnya kita sepaham dengan satu sikap, saat itulah Karawang mulai bangkit dan mulai menunjukkan eksistensinya. “Begitu pula dengan konflik internal yang terjadi sekarang, saya yakin teman-teman buruh Karawangpun bisa menyelesaikannya” tegasnya
Riden Hatam Aziz selaku Sekjen FSPMI, menyampaikan
Kunjungan kerja presiden FSPMI ini merupakan kunjungan kerja yang kedua pasca dilaksanakannya rapat PP SPA bulan Februari 2018 kemarin dalam menghadapi persiapan May Day 2018. Terkait persiapan aksi May Day 2018 dengan Isu/ tema utama yang diangkat yaitu Negara Sejahtera, Welfare State dan Akhiri Kerakusan Korporasi dengan menyuarakan 3 tuntutan (Tritura)
1. Tolak Upah Murah dan Cabut PP 78
2. Turunkan Harga Beras dan Tarif Harga Dasar Listrik, Bangun Kedaulatan Pangan dan Energi
3. Pilih Capres 2019 yang pro Buruh dan Rakyat
Said Iqbal, presiden FSPMI menyampaikan bahwa pemerintahan sekarang sangat berpihak pada pemilik modal, bahkan data riset pemerintah yang diukur oleh Indeks Ratio Gini / Ketimpangan antara orang kaya dan orang miskin adalah sebesar 0,39, bahkan data versi bank dunia adalah 0,42, berbeda dengan jaman Presiden Soeharto yang hanya 0,25 maupun zaman Presiden Gusdur.
Said Iqbal menjelaskan kalau angka indeks ratio gini semakin besar itu berarti yang kaya makin kaya yang miskin makin miskin dan faktanya adalah dengan kebijakan pemerintah sekarang, orang kaya semakin kaya orang miskin semakin miskin. Bung Said juga menghimbau kepada kaum buruh untuk mengkampayekan memasang hastag #2019GantiPresiden karena Presiden Joko Widodo telah gagal mensejahterakan kaum buruh.
[Pnj]