Menjadi FSPMI, Menjadi Bagian dari Gerakan Buruh Indonesia

Bekasi, KPonline – Oktober 2002, menjadi langkah baru dalam hidupku. Setelah lulus sekolah SMK di Kota Gudeg, aku memutuskan untuk hijrah ke Kota Bekasi. Saat itu aku diterima bekerja di perusahaan otomotif di Kawasan Industri Cikarang.

Sejak meninggalkan tanah kelahiran, ada harapan dan cita-cita yang ingin kuukir ditanah rantau. Bukan hanya soal mencari pengalaman dan uang, tetapi sebagai pembuktian bahwa aku sudah bisa mandiri. Menapaki kehidupan sebagai manusia dewasa.

Bacaan Lainnya

Sempat terpikir, di perantauan aku akan menjalani kehidupan yang serba masa bodoh atau istilahnya suka suka gue. Akan tetapi semua itu sirna setelah melihat hubungan kekeluargaan yang terjalin baik sesama karyawan. Jadi secara umum tidak ada kendala mengenai kondisi yang baru tersebut. Aku bisa beradaptasi.

Puji syukur, perusahaan tempatku bekerja termasuk perusahaan yang taat peraturan. Sehingga ketika serikat pekerja terbentuk dan bergabung dengan FSPMI, tidak ada kendala yang berarti. Secara resmi, PUK di perusahaan tempatku bekerja bergabung dengan FSPMI sekitar tahun 2003. Sejak saat itu aku menjadi anggota FSPMI.

Entah di tahun berapa, pertama kali aku ikut aksi yang diadakan FSPMI. Seingatku, aksi itu dilakukan di gedung DPR/MPR dengan berkonvoi menggunakan motor dari Cikarang.

Tuntutan yang disampaikan adalah hapus outsorching dan naikkan upah. Gerakan ini disebut HOSTUM. Hapus Outsourcing dan Tolak Upah Murah.

Tahun berikutnya, isu tentang jaminan sosial mencuat dalam setiap aksi. Orasi dari para pimpinan buruh, khususnya Bung Said Iqbal mampu membakar semangat dan mengusir sisa kantuk semalam.

Semakin hari anggota yang bergabung di FSPMI berkembang cukup signifikan. Hal ini tentu tak luput dari pengamatan pemangku kebijakan dan pemilik modal. Bisa dikatakan, FSPMI adalah motor dari gerakan buruh di Indonesia. Aksi terbesar yang ada dalam catatan saya adalah Aksi Jumat Agung di tahun 2012 di Bekasi.

Bahkan sampai-sampai seorang Muhaimin diutus dari Istana seberang menemui perwakilan buruh. Apa yang menjadi keinginan buruh cukup banyak yang diserap oleh pemerintah salah satu indikasinya teman-teman yang bertahun tahun kerja tanpa status yang jelas bisa diangkat menjadi karyawan tetap. Bravo!

Semakin tinggi suatu pohon maka semakin besar pula angin yang menerpanya. Begitu juga FSPMI. Tekanan dari para kapitalis yang bermesra dengan pemilik stempel negara mengancam kebebasan berserikat. Banyak dari PUK yang diberhangus karena hendak bergabung dibawah naungan FSPMI.

Tidak sampai di situ, tekanan yang diberikan kaum rakus, adalah saat aksi ditahun berikutnya. Buruh menjadi korban tindakan brutal aparat yang seharusnya melindungi masyarakat ditambah pengeroyokan yang dilakukan preman yang berlindung dibalik baju ormas.

Pemerintahan bergant. Walaupun di sikap awal FSPMI resmi mendukung calon yang kalah, tetapi tetap berharap akan ada perubahan yang lebih baik dari pemerintahan yang baru. Akan tetapi kenyataan jauh panggang dari api. PP 78/2015 menjadi kado pahit pemerintah yang berwajah lugu. Bagaimana tidak, dengan PP ini seperti mengkebiri hak berunding buruh dalam hal upah yang sesuai KHL.

Kedepan isu perburuhan akan semakin kompleks dan dinamis. Media menyalurkan pendapat tidak cukup hanya dengan aksi demonstrasi yang dipandang sinis oleh kelas menengah kecebong.

Untuk itu saat ini, si serikat pekerja di tempatku bekerja sedang menggawangi berdirinya Media Informasi Dan Komunikasi yang harapannya dapat menyampaikan pesan yang saat ini telah disumbat rapi para pemilik uang. Yakinlah, bahwa Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia masih ada dalam sila Pancasila.

MAN JADDA WA JADDA

Kawah Candradimuka, 2 April 2017

==========
Tulisan ini merupakan hasil praktek pelatihan menulis yang diselenggarakan PUK SPAMK FSPMI PT Musashi di Training Center FSPMI, dimana Arifin menjadi salah satu peserta. Jika organisasi (PUK/PC/KC) di wilayah anda membutuhkan jasa pelatihan menulis, hubungi redaksi KPonline pada email: koranperdjoeangan@gmail.com. KKami akan dengan senang hati untuk berbagi dan belajar bersama. Baca juga tulisan menarik lainnya dariĀ Peserta Pelatihan Menulis.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *