Menilik Sejarah Hari Buruh Internasional dari Cerita Tokoh Logam FSPMI

Bekasi, KPonline – Kenapa kita buruh harus merayakan Hari Buruh Internasional atau May Day? Perjalanan panjang sebuah perjuangan yang hasilnya dapat dirasakan para buruh sejagad raya, namun ironisnya masih banyak buruh yang enggan merayakan kemenangan kaum buruh tersebut.

Sejarah di mulai pada tanggal 1 Mei 1886 sekitar 136 tahun silam sekitar 400.000 buruh di Amerika Serikat mengadakan demonstrasi besar-besaran untuk menuntut pengurangan jam kerja mereka menjadi 8 jam sehari. Aksi ini berlangsung selama 4 hari sejak tanggal 1 Mei.

Pada tanggal 4 Mei 1886, para demonstran melakukan pawai besar-besaran, Polisi Amerika kemudian menembaki para demonstran tersebut sehingga ratusan orang tewas dan para pemimpinnya ditangkap kemudian dihukum mati, para buruh yang meninggal dikenal sebagai martir.

Sebelum peristiwa 1 Mei itu, di berbagai negara, juga terjadi pemogokan- pemogokan buruh untuk menuntut perlakukan yang lebih adil dari para pemilik modal, dikutip dari tirto.com

Pada bulan Juli 1889, Kongres Sosialis Dunia yang diselenggarakan di Paris menetapkan peristiwa di Amerika Serikat tanggal 1 Mei itu sebagai hari buruh sedunia dan mengeluarkan resolusi berisi :

“Sebuah aksi internasional besar harus diorganisir pada satu hari tertentu dimana semua negara dan kota-kota pada waktu yang bersamaan, pada satu hari yang disepakati bersama, semua buruh menuntut agar pemerintah secara legal mengurangi jam kerja menjadi 8 jam per hari, dan melaksanakan semua hasil Kongres Buruh Internasional  Prancis”

Resolusi ini mendapat sambutan yang hangat dari berbagai negara dan sejak tahun 1890, tanggal 1 Mei, yang diistilahkan dengan May Day, diperingati oleh kaum buruh di berbagai negara, meskipun mendapat tekanan keras dari pemerintah mereka.

Tak sengaja Yanto, salah satu tim media perdjoeangan Bekasi, Selasa (10/5/2022) membuka dokumen terkait organisasi FSPMI dan mendapatkan sebuah catatan kecil tentang May Day yang pernah diceritakan oleh tokoh SPL FSPMI Alm. R.H. Endang Thamrin.

Pada waktu itu Pa Haji, sapaan akrab almarhum mengisahkan bahwa 1 Mei merupakan hari raya besar kaum buruh dan kelas pekerja progresif yang sadar akan identitas kelas. Hari itu para pekerja menunjukkan solidaritas dengan turun ke jalan, saling menjaga, dan mengingat betapa perjuangan buruh telah membawa banyak perubahan.

“Hak untuk cuti, delapan jam kerja, hak berserikat, hak untuk mendapatkan pesangon, hak untuk kesehatan, hak untuk mendapatkan hari libur, hingga kesetaraan upah bagi laki-laki dan perempuan adalah hak yang diperoleh dari perjuangan kaum buruh,” ungkap Almarhum R.H. Endang Thamrin waktu itu dalam agenda rakercab PC SPL FSPMI Bekasi tahun 2008 silam.

Menjadi sangat ironis memang, bagi buruh yang sampai hari ini belum berani berserikat, yang hari ini masih bekerja lebih dari delapan jam perhari, yang sampai hari ini masih nyinyir tentang demo buruh padahal mereka menikmati hasil perjuangan dari demo buruh. (Yanto)