Bekasi, KPonline – Menjelang hari raya Idul Adha 1446 H yang lalu, masyarakat Madura ramai-ramai pulang ke kampung halaman untuk menjalankan tradisi toron. Lebih dari sekadar mudik, tradisi ini menjadi wujud penghormatan terhadap leluhur dan pengikat kuat tali silaturahmi antar anggota keluarga.
Tradisi Toron berasal dari kata “toron” dalam bahasa Madura yang berarti “turun” atau “turunan”. Tradisi ini merujuk pada kegiatan mudik atau pulang kampung yang dilakukan masyarakat Madura, khususnya menjelang hari raya Idul Adha.
Tradisi ini bukan sekadar pulang, tetapi menjadi bentuk nyata menjaga tali silaturahmi antaranggota keluarga dan merawat nilai-nilai budaya yang telah diwariskan secara turun-temurun.
Informasi yang dihimpun koran perdjoeangan, tradisi toron telah ada, bahkan sebelum abad ke-19. Meski dapat dilakukan kapan saja, momen paling sering dipilih adalah saat Idul Fitri, Idul Adha, dan Maulid Nabi.
Tujuannya tidak hanya untuk bertemu keluarga, tetapi sebagai pengingat asal-usul dan memperkuat identitas budaya mereka.
Masyarakat Madura seringkali pergi merantau karena alasan ekonomi. Namun, Toron tetap dijalankan sebagai bentuk ikatan emosional dan spiritual dengan kampung halaman.
Menjelang Idul Adha 1446 Hijriah, tradisi ini kembali menjadi sorotan. Warga Madura dari berbagai penjuru tanah air mulai berdatangan ke kampung halaman. Mereka pulang untuk bersilaturahmi, mengunjungi orang tua, sanak saudara.
Termasuk juga melakukan nyekar atau ziarah ke makam leluhur. Tradisi ini pun menjadi momen untuk berbagi rezeki dengan keluarga, mencerminkan semangat gotong royong dan kepedulian sosial.
Secara kultural, Toron menjelang Idul Adha dianggap sebagai bentuk sedekah dan penghormatan kepada orang tua dan leluhur. Tak hanya itu, momen ini juga menjadi ajakan bagi generasi muda perantau agar tidak melupakan akar budaya dan tetap terhubung dengan tanah kelahirannya.
Di tengah mobilitas yang tinggi dan arus modernisasi, tradisi toron mengingatkan akan pentingnya merawat hubungan kekeluargaan dan mempererat hubungan antargenerasi. Lebih dari sekadar pulang kampung, Toron adalah simbol kebersamaan, penghormatan, dan kecintaan terhadap budaya lokal. (Yanto)