Purwakarta, KPonline – Sudah hampir dua minggu ini, kami berlibur, bermain, bersama ditempat wisata baru. Lebih tepatnya di depan gerbang PT Dada Indonesia daerah Sadang Kabupaten Purwakarta.
Pabrik tersebut sudah tidak beroperasi lagi sejak tanggal 31 Oktober 2018 dan anggap saja area gerbang tersebut menjadi tempat bermain anak-anak, karena tidak sedikit buruh PT Dada Indonesia mengajak anak mereka untuk ikut menyambangi posko perjuangan atau tenda perlawanan saat anak mereka libur sekolah.
Di gerbang pabrik bertuliskan dalam selembar kertas bertanda tangan Direktur utama dan isinya suatu pengumuman yang sangat menyakitkan hati kami, anak- anak itu berlari-larian, main petak umpet, main badminton, tertawa, berbaur dengan anak lainnya meskipun pada awalnya mereka tidak saling mengenal.
Mereka memang masih sangat polos, tidak mengerti betapa hancurnya hati ibu mereka yang kini berganti status menjadi pengangguran dadakan.
Bahkan ada seorang anak yang bertanya pada ibunya, “mamah, kenapa gak kerja?”
“Kan pabrik mamah udah tutup a, maafin mamah ya a, sekarang setiap aa libur sekolah mamah cuma bisa ajak main kesini,” ibunya menjawab dengan terbata-bata.
Dia menahan air mata yang sudah menggelayut di kelopak matanya, anaknya pun tersenyum lalu kembali bermain bersama yang lainnya.
Berat memang, namun semua akan terasa ringan apabila dihadapi bersama.
Di posko ini kami sangat merasakan moment kekeluargaan baru, meskipun kami punya sedikit makanan tapi semua harus mencicipi makanan tersebut.
Sampai saat ini kami sangat menyesalkan, entah kenapa Bupati Purwakarta belum pernah datang langsung ke PT Dada Indonesia untuk melihat pekerja PT Dada yang juga merupakan bagian dari warganya sendiri.
Saat ini sedang dihadapkan dengan sebuah masalah yang seharusnya beliau mengerti dan pahami apa yang kami rasakan karena beliau adalah seorang ibu sama seperti kami emak emak PT Dada Indonesia.
Bedanya, mungkin beliau mempunyai jabatan nomor satu di Purwakarta Istimewa dan emak emak PT Dada hanya rakyat biasa.
Namun sangat di sayangkan jabatan tersebut tidak beliau gunakan dan manfaatkan untuk membela warganya, dengan cara memberi sikap dan tindakan tegas kepada pengusaha, agar dengan cepat menyelesaikan segala kewajiban pengusaha yang telah menutup pabrik dengan wajib memberikan uang pesangon menurut ketentuan dan peraturan perundang undangan yang berlaku kepada karyawannya.
Kehadiran ibu Ane selaku pemangku amanah di Purwakarta sangat diharapkan oleh emak emak PT Dada, terlebih jika selaku kepala daerah kabupaten Purwakarta beliau mampu dengan segera menyelesaikan permasalahan hubungan industrial yang terjadi antara PT Dada dan pekerjanya.