Jakarta, KPonline – Di era digitalisasi saat ini, kekuatan Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI) tidak hanya ditentukan oleh banyaknya anggota atau luasnya jaringan, tetapi juga oleh seberapa kuat FSPMI mengelola data. Database bukan sekadar kumpulan angka dan nama, melainkan fondasi yang menopang setiap keputusan strategis dan langkah organisasi ke depan.
Hal tersebut diungkapkan Rusmiatun, Vice Presiden Data Base FSPMI saat dikonfirmasi oleh Media Perdjoeangan melalui sambungan seluler. Minggu, (26/10/2025)
Menurutnya, database yang terstruktur dan terintegrasi memungkinkan organisasi memiliki pandangan menyeluruh tentang siapa anggotanya, apa yang sedang dikerjakan, serta bagaimana arah program dan aset dikelola. “Melalui sistem yang baik, informasi tentang anggota, kegiatan, hingga kebutuhan di tingkat basis dapat terpantau secara real time. Inilah yang menjadikan database sebagai “urat nadi” organisasi FSPMI,” ujar Rusmiatun.
Namun ungkap Rusmiatun, di balik kesadaran akan pentingnya database, realitas di lapangan menunjukkan bahwa progress pembangunan sistem data organisasi masih berjalan lambat. Hal ini terutama disebabkan oleh kurangnya komitmen dan pemahaman mengenai pentingnya pengelolaan data di beberapa tingkat, mulai dari Pimpinan Pusat (PP), Pimpinan Cabang (PC), hingga unit-unit di bawahnya.
Beberapa daerah memang telah menunjukkan langkah maju dengan aktif melakukan input data dan mengikuti pelatihan penggunaan sistem. Inisiatif ini menjadi bukti nyata adanya semangat untuk mewujudkan “satu data nasional organisasi” yang solid dan terpercaya. Namun, di sisi lain, sebagian wilayah masih tertinggal karena minimnya pemahaman terhadap manfaat langsung dari sistem database tersebut.
Padahal, keberadaan database bukan hanya mempermudah administrasi, tetapi juga menjadi alat strategis pengambilan keputusan berbasis fakta. Dengan data yang valid dan terbarui, organisasi dapat:
1. Memetakan potensi dan kebutuhan anggota secara akurat.
2. Menentukan arah kebijakan berdasarkan realitas di lapangan.
3. Mengevaluasi efektivitas program dan memperbaiki kinerja organisasi secara berkelanjutan.
4. Menjamin transparansi serta akuntabilitas kepada seluruh anggota.
“Data adalah kekuatan. Tanpa data, organisasi berjalan dalam gelap,” pungkasnya. Ia pun menegaskan bahwa sistem database tidak hanya penting untuk dokumentasi, tetapi juga untuk membangun strategi jangka panjang.
Kedepan, kata Rusmiatun, penguatan komitmen di semua level menjadi kunci. Diperlukan sinergi antara pengurus pusat dan daerah untuk memastikan setiap data anggota tersusun dengan rapi dan terhubung ke sistem nasional.
Transformasi menuju organisasi berbasis data adalah proses yang membutuhkan waktu, tetapi arah ini tidak bisa ditunda. Dengan membangun kesadaran kolektif dan disiplin digital di semua lini, organisasi dapat berdiri di atas fondasi yang kokoh dan terpercaya. “Karena pada akhirnya, database bukan hanya urusan administrasi. Ia adalah jantung yang menghidupkan sistem, arah, dan masa depan organisasi,” tutupnya.