Mayday Is Not Holiday, SPAI FSPMI DKI Jakarta Siap All Out

Di sela konsolidasi, buruh Aceh berikan dukungan untuk longmarch Surabaya - Jakarta.

Jakarta, KPonline – Hakikat Sejarah May Day yang di peringati setiap tanggal 01 Mei adalah perjuangan kaum buruh dalam menuntut 8 jam kerja, 8 Jam Istirahat, 8 Jam rekreasi. Perjuangan menuntut kesejahteraan ini merupakan perlawanan kelas buruh terhadap sistem ekonomi politik kapitalis yang tidak memanusiakan manusia.

Pada Abad ke-19 adalah Zaman di mana kaum buruh bekerja melebihi batas kemampuan sebagai  manusia, dengan upah di bawah kebutuhan hidup layak. Hal tersebut melahirkan perlawanan keras dan berdarah darah dari puluhan ribu kaum buruh ini. Di pelopori kaum buruh  Amerika pada tanggal 01 Mei tahun 1886, namun dibalas oleh kaum kapitalis  atas nama negara menghalangi bahkan menembaki kaum buruh yang sedang melakukan aksi unjuk rasa secara damai. Sehinga menyebabkan terbunuhnya ratusan buruh dan ribuan lainnya luka luka.

Bacaan Lainnya

Sejak saat itu setiap tanggal 01 MeI di peringati oleh kaum Buruh sedunia sebagai Hari Perjuangan Buruh  sekali lagi 01 Mei Hari Perjuangan. May Day Not Holiday, jika ada pejabat pemerintah mengatakan Mayday adalah Holiday itu adalah ciri pemimpin anti buruh. Apalagi jika pernyataan tersebut keluar dari pemimpin buruh itu merupakan bentuk pengkhianatan atas perjuangan kaum buruh.

Pada momentum mayday 2018 ini SPAI FSPMI DKI sudah mengadakan rapat dan konsolidasi serta mempersiapkan 1000 Kaos yang bertemakan “Buruh Go Politik, Berkuasa, wujudkan negara kesejahteraan” yang akan didistribusikan kepada seluruh anggota dalam rangka aksi pada tanggal 01 Mei 2018 mengepung Istana Negara dengan isu Tritura Plus yaitu Turun kan harga, tolak upah Murah, Tolak TKA unskillead, tolak Presiden anti Buruh.

Setelah itu aksi akan di lanjut kan berkumpul di Istora senayan mendengarkan orasi dan pernyataan politik dari Pimpinan FSPMI pungkas Kardinal ketua PC SPAI FSPMI DKI Jakarta menutup pembicaraan.

Pos terkait