Lebih Dekat dengan Roza Febrianti

Roza Febrianti

Bekasi, KPonline – Perempuan kelahiran Solok, 19 Februari 1982 ini bernama Roza Febrianti. Ia bertempat tinggal di Kp Harapan Baru RT/RW 001/003, Desa Cikarang Kota, Kecamatan Cikarang Utara, Kabupaten Bekasi.

Roza mulai aktif di serikat pekerja sejak tahun 2008. Berkat ketekunan dan kegigihannya di dalam organisasi, saat ini ia dipercaya sebagai pengurus Pimpinan Cabang Serikat Pekerja Logam Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (SPL FSPMI) Kab/Kota Bekasi.

Bacaan Lainnya

Bagi Roza, serikat adalah alat untuk berjuang. Membela serta melindungi hak dan kepentingan kaum buruh. Untuk bisa membela, melindungi, dan memperjuangkan, maka dibutuhkan pengetahuan.

Berbicara tentang pengetahuan, Roza tidak segan untuk belajar. Berbagai pendidikan ia ikuti, mulai dari pendidikan dasar dan lanjutan organisasi, leadership, advokasi, pendidikan PKB, hingga training of trainer. Tidak cukup sampai di situ, Roza Febrianti juga pernah ditugaskan oleh organisasi untuk mengikuti taining organizing di Kamboja dan Kanada.

Sebagai aktivis serikat pekerja, pengalaman Roza yang paling berkesan adalah ketika ia terlibat di dalam team perunding. Di meja perundingan, ia bisa menegosiasikan berbagai kepentingan kaum buruh. Menuangkan segala kemampuan untuk menyakinkan agar pihak lawan bersedia memenuhi apa yang menjadi tuntutan para pekerja.

Roza Febrianti (paling kanan), ketika ikut aksi unjuk rasa menuntut hak-hak kaum buruh.

“Saya ingin keberadaan saya bermanfaat bagi orang lain,” ujar Roza.

Ya, bagi Roza, ‘bermanfaat’ adalah kata kunci dalam hidupnya. Karena itu, ketika kemudian organisasi FSPMI – KSPI merekomendasikannya maju dalam pemilihan umum 2019 sebagai bakal calon anggota DPRD Kabupaten Bekasi melalui Partai Berkarya, ia akan menggunakan kesempatan itu untuk menebar manfaat bagi sebanyak-banyaknya masyarakat.

Komitmen ini dibuktikan Roza, ketika beberapa waktu lalu ketika perempuan KSPI melakukan aksi unjuk rasa di Istana Negara memprotes kenaikan harga. Roza berada di barisan depan, untuk menyuarakan kesulitan emak-emak mengatur keuangan keluarga.

“Sudahlah gaji belum ada kenaikan, tetapi harga-harga sudah tidak terkendali,” ketus Roza dalam orasinya di atas mobil komando.

Kita membutuhkan lebih banyak lagi perempuan yang duduk sebagai anggota dewan. Dengan demikian, suara buruh perempuan akan terdengar nyaring di ruang-ruang dimana kebijakan hendak diputuskan.

Pos terkait