Jalan Terjal Untuk Kesembuhan Rizky Muhammad Yanuar

Bekasi, KPonline – Rongga mulut Rizky Muhammad Yanuar, seorang anak laki-laki berusia 6 tahun, semakin membesar pada Desember 5 tahun lalu. Berbekal kartu sebagai peserta Badan Penyelenggaran Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan, kedua orang tuanya bergegas membawanya ke Faskes 1 Klinik Sumber Waras, Cikarang Selatan, Bekasi, hari itu juga (5/12/2014).

Dari Faskes 1 dirujuk ke RS.Amanda Cikarang Selatan, diagnosa dokter di RS tersebut adalah Hemangioma Vascullar, suatu tumor jaringan lunak yang sering terjadi pada bayi baru lahir dan pada anak berusia kurang dari 1 satu tahun.

Dokter setempat pun menyarankan dan merujuk balik ke RS Dharmais Jakarta. Kedua orang tua Rizky pun bertolak ke Jakarta, menuju RS Dharmais yang kemudian di rujuk kembali ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM).

“Di RSCM, setelah anak saya di cek darahnya,kami disuruh menunggu informasi lanjutan dari pihak rumah sakit terkait ketersediaan kamar dan tindakan selanjutnya,” kata Kartini, Ibu dari ananda Rizky saat berbincang dengan Media Perdjoeangan, siang tadi.

Sampai tanggal 9 Maret 2015 belum juga ada kabar dari RSCM. Melihat kondisi mulut anaknya yang semakin membesar, Hasan dan Kartini,kedua orangtua ananda Rizky di dampingi Margono, Agus Winarto dan Wahyudi selaku Pengurus Pimpinan Unit Kerja (PUK) FSPMI PT.Uniplastindo Interbuana akhirnya menemui Pimpinan Perusahaan dimana Kartini bekerja. Parlindungan Simanjuntak yang saat itu menjabat sebagai Manager HRD langsung merespon dan menyarankan untuk pindah rumah sakit.

Berkat kerja keras dan kerjasama yang baik antara pihak perusahan dan PUK serta dibantu relawan Jamkeswatch,setelah melalui prosedur standar pelayanan BPJS mulai dari faskes 1 pada tanggal 9 Maret 2015 akhirnya ananda Rizky masuk kamar perawatan dan tindakan operasi di RS Gatot Subroto selama 3 hari sejak tanggal 2 Juni 2015.Selanjutnya ananda Rizky melakukan rawat jalan selama 1,5 tahun sampai bulan Oktober 2017.

Selama menjalani rawat jalan ananda Rizky sempat di undang dalam acara Gathering Badan Usaha di hotel Novotel Mangga Dua pada tanggal 10 Juni 2015,bahkan kedua orang tua Rizky menjadi salah satu nara sumbernya dalam acara yang bertema “ Optimalisasi Peran Badan Usaha untuk Mensukseskan Program Indonesia Sehat”.

Sangat di sayangkan acara tersebut hanya sebatas ceremonial saja, tidak ada tindak lanjut yang serius dan tidak berdampak terhadap perkembangan ananda Rizky.Hal tersebut membuat kedua orang tuanya dan Pengurus PUK kembali melakukan kontrol dan konsultasi di rumah sakit dimana Rizky di operasi.Salah satu dokter di rumah sakit tersebut menyarankan untuk melakukan tindakan operasi lagi dan di rujuk ke RSCM dengan alasan di RSCM alatnya lengkap.

Selanjutnya pada tanggal 3 Okober 2017 ananda Rizky dan ibunya didampingi pengurus PUK Uniplastindo melakukan konsultasi dengan salah satu dokter di ruangan Vascullar. Dokter tersebut meyarankan untuk segera dilakukan tindakan operasi secepatnya, dan perkiraan operasi di bulan Desember 2017 atau Januari 2018 dengan perkiraan no antrian pasien no 30.

Empat bulan kemudian ananda Rizky ditemani ibunya, Pengurus PUK dan relawan Jamkeswatch kembai ke RSCM untuk kontrol dan menayakan kepastian kapan operasi akan dilakukan.

Berhubung dokter sebelumnya sudah mengundurkan diri dari RSCM, ananda Rizky ditangani dokter yang baru. Sarannya yang sama, yaitu untuk segera dilakukan operasi.

Berbekal memo dari dokter baru tersebut keluarga menemui Manager Ruang operasi. Sayang sang maneger lagi cuti dan hanya bertemu petugas/suster yang jaga disana. Dan terjadi dialog kurang lebih seperti ini,

Kelurga Pasien: “ Suster ini ada surat rekomendasi dari dokter dan berpesan agar suster menghubungi balik via nomor handphone.”

Suster: “ Saya tidak ada pulsa apalagi dokter nomernya XL, alat tidak bisa disediakan hari ini juga dan surat balikin aja ke dokter,suruh dia telepon balik ke saya.”

Dengan menahan marah dan dongkol atas jawaban suster tadi, keluarga dan relawan kembali keruangan dokter dan dokter meyarankan untuk menunggu informasi selanjutnya.

“Alhamdulillah kami masih diberi kesabaran, perjalanan macet dari Bekasi kami lalui belum antrian panjang dan lama,pengen rasanya kami marah sama suster tadi”. Ungkap Gogon, panggilan akrab Margogno salah satu pengurus PUK yang turut mendampingi.

Satu bulan setelah kejadian itu,tepatnya tanggal 15 Maret 2018, ananda Rizky kembali kontrol ke RSCM sekaligus mengkonfirmasi Surat Pegantar Permintaan Rawat (SPR), lagi-lagi Manager Ruang Operasi tidak ada di tempat karena Sakit, sementara surat SPR nya ada di Maneger tersebut. Dengan tangan kosong akhirnya ananda Rizky dan keluarga serta relawan kembali pulang.

Seolah tak mengenal lelah dan tidak mau menyerah, Kartini dan anaknya di kawal pengurus PUK kembali mendatangi RSCM (19/3/2018). Kali ini mereka bertemu dengan Manager ruang Operasi dan terpancar rona bahagia di wajah Kartini karena anaknya sebentar lagi akan di operasi.

Tidak selang berapa lama rona bahagia itu berganti kecewa karena surat SPR yang di pegang Manager itu hilang. Dan keluarga di suruh membuat SPR yang baru.

Relawan Jamkeswatch dan Pengurus PUK pun segera mengurusnya, meskipun hati mereka diliputi kekecewaan atas pelayanan dari petugas RS tersebut.

“Berhubung obatnya belum ada, tindakan operasi belum bisa dilakukan, silahkan ibu dan keluarga pulang dahulu,nanti saya kabari via telepon,” ujar suster yang juga Manager ruang Operasi.

Pernyataan sang suster membuat keluarga dan relawan merasa kecewa. Menurut Kartini, pihaknya merasa di ping-pong kesana kemari. Jawaban pihak RSCM selalu sama, belum ada obatnya yaitu PVA dan Lipiodol.

Atas saran petugas RSCM pihak keluarga di anjurkan menghubungi Staf BPJS RSCM bagian piutang. Setelah keluarga dan relawan bertemu langsung dengan staff BPJS tersebut, dijanjikan akan membantu menanyakan ke pihak RSCM terkait obat yang tidak ada tersebut.

Selang berapa hari (23/3/2018) pihak keluarga mencoba berkomunikasi lewat Whatapps dengan staf BPJS tersebut dan ada kabar bahwa obat Liviodol sudah ada tapi untuk obat PVA belum ada,dan bisa di ganti obat lain kalau disetujui dokter.

Kartini bersama pengurus PUK mencoba mengkonfirmasi kabar dari staf BPJS tersebut ke petugas RSCM dan Manager ruang operasi, namun kabar tersebut di bantah, karena menurut suster yang menjadi manager ruang operasi itu obat belum ada.

Lama menunggu tanpa kabar, Kartini dan pengurus PUK berinisiatif kembali ke RSCM pada 19 September 2018. Tiba di RSCM, pihak keluarga harus kembali membuat berkas baru (kodek).

Untung ada pengurus PUK yang mendampingi sehingga proses pembuatan berkas baru yang memakan waktu 7 jam dari pukul 9.30 sampai 16.30 bisa di lalui, meskipun belum juga di setujui dari pihak RSCM. Dan kembali suster menjanjikan akan menghubungi keluarga pasien apabila surat tersebut sudah di setujui.

“Beruntung saya menjadi anggota Serikat Pekerja,saya betul-betul terbantu, beban pun terasa ringan karena mereka terus mendampingi saya, kadang ada rasa ga enak, mereka begitu tulus membantu sementara saya belum bisa ngasih lebih buat organisasi,” isak Kartini.

Sampai saat ini pihak keluarga masih menunggu kabar dari pihak RSCM terkait jadwal operasi dan ketersediaan obat. Hasan dan Kartini hanya berharap anaknya Rizky Muhammad Yanuar agar cepat sembuh dari penyakitnya.

“Segala cara sudah kami lakukan sesuai prosedur BPJS Kesehatan,alhamdulillah kami juga dibantu oleh teman-teman pengurus PUK dan relawan Jamkeswatch yang tidak mengenal lelah membantu kami,juga kepada perusahaan atas kelonggaran waktu yang diberikan kepada istri saya, saya merasa beruntung,semua membantu tanpa pamrih,” kata Hasan kepada Media Perdjoeangan disela-sela istirahatnya setelah membersihkan rumput di halaman rumahnya.

Pihak keluarga, Pengurus PUK dan Relawan Jamkeswatch juga memuji BPJS Kesehatan, Perangkat Desa Jayamulya dan Kecamatan Serangbaru, pihak Puskesmas dan Ikatan Dokter Indonesia Kabupaten Bekasi yang benar-benar serius akan membantu penanganan sakitnya ananda Rizky ini.

“Kita lagi koordinasi dengan para pemangku kepentingan di Kabupaten Bekasi, agar ada langkah konkret dan cepat untuk membantu penyembuhan sakitnya ananda Rizky,” tandas Supriyadi salah satu relawan Jamkeswatch.