Ibukota Baru Harapan (Masalah) Baru

Jakarta,KPonline – Presiden Joko Widodo telah resmi menunjuk sebagian wilayah kabupaten Penajam Paser Utara dan Kutai Kartanegara  sebagai calon ibu kota baru republik ini. Meski pindah ibu kota bukan rencana yang baru kita dengar, tetap saja tetap mengejutkan. Sebab penunjukan lokasi berlangsung cepat. Malah pekan lalu pemerintah mengaku masih belum menentukan final lokasi ibu kota baru, lantaran masih ada kajian yang belum rampung.

Pengumuman resmi awal pekan ini memunculkan polemik dan tanda tanya. Bukan saja soal keseriusan Jokowi tapi dasar kajian yang melandasi pemilihan dua lokasi itu. Hingga saat ini publik tidak tahu menahu seperti apa hasil kajian komprehensif, jika benar sudah dilakukan.

Tentu saja kita tidak puas dengan dokumen powerpoint yang berisi paparan Menteri PPN yang beredar di media sosial.  Yang publik butuh adalah hasil kajian mendalam secara ekonomi, ekologis, sosial, budaya yang bisa dipertanggungjawabkan secara akademik. Yang demikian itu untuk menjawab berbagai pertanyaan yang kini berkembang liar di luar sana.

Jangan sampai rencana pemindahan ibukota yang serba cepat akan mengalphakan kepentingan yang lebih besar lagi, Jangan sampai menggunakan buruh buruh China untuk membangun Ibukota tersebut, jangan sampai menggunakan semen dan baja impor juga.

Publik sudah trauma dengan membanjirnya buruh kasar dari China pada periode pertama pemerintahan Jokowi. Membanjirnya semen dan baja juga telah menekan angka produksi dalam negeri. Kita seharusnya menjadi pemain di negeri sendiri bukan sebagai penonton.

Impor baja yang tinggi akhir akhir ini terbukti telah melemahkan industri baja dalam negeri hingga berdampak pada produk baja lokal. Di sektor industri baja lapis seng dan baja aluminium seng,  utilisasi atau kapasitas produksi yang terpakai hanya berkisar 35-38%. Jumlah itu tentu sangat minim untuk sebuah manufaktur untuk bisa berkembang. Akibatnya Krakatau Steel pun ikut goyah

Tentang Impor semen. pertanyaan kita, ada apa dengan kebijakan pemerintah selama ini ? Yang pertama Menteri Perdagangan membuka keran impor semen dan clinker padahal kapasitas produksi semen kita berlimpah

Yang kedua untuk apa Menteri perindustrian Airlangga terus memberi izin pembukaan pabrik semen baru dari Tiongkok ? Apakah ini di siapkan untuk ibukota baru negeri Via Vallen tersebut?

Sebesar apa beban Jakarta berkurang dengan tidak lagi menyandang predikat sebagai ibu kota? Benarkah relokasi ibu kota tidak menimbulkan masalah baru?  Benarkah risiko bencana minim di kawasan yang membentang melintasi kabupaten Penajam Paser Utara dan kabupaten Kutai Kartanegara?  Bagaimana konsep tata ruang yang bersahabat dengan alam dan masyarakat lokal? Dan sebagainya.

Jangan sampai anggaran sebesar Rp 466 triliun pun yang katanya tidak menggunakan APBN menjadi mubazir lantaran perencanaan yang tidak matang.