Historika Bekasi: Membahas Sepak Terjang Buruh Bekasi, Dari Masa Lalu Hingga Kini

Bekasi, KPonline – Sebuah Komunitas yang menamakan dirinya Komunitas Historika Bekasi mengadakan diskusi terbuka dengan mengangkat tema “Industri dan Gerakan Buruh Masa Lalu dan Masa Kini.”

Acara yang bermula direncanakan oleh panitia bertempat di Gedung Juang 45 Tambun, diubah ke Kantor Sekretariat KC/PC Bekasi yang terletak di Yapink Tambun pada Kamis 10 Mei 2018.

Acara diskusi ini langsung menarik. Dimulai dengan sejarah pergerakan Buruh bekasi di sekitar Tahun 1990 yang di motori oleh Syarekat Islam yang secara gamblang di ceritakan oleh Salah satu Anggota Komunitas Historika Bekasi.

“Industri di Bekasi bukan hanya ada baru baru ini, melainkan sejak jaman VOC. Ini bisa dibuktikan dengan keberaan beberapa pabrik penggilingan padi di Lemah Abang, Tambun, dan di daerah sekitar teluk pucung,” ujarnya.

Di sekitar tahun tersebut sampai 1922 pula diceritakan bahwa buruh yang mayoritas waktu itu merupakan buruh tani tersebut sering melakukan aksi mogok kerja untuk meminta kenaikan upah yang pada masa itu dibayar sebesar 10 sen dan meminta untuk naik menjadi 25 sen.

Diskusi ini semakin menarik karna Narasumber yang diundang pihak panitia yaitu Obon Tabroni selaku Deputi Presiden FSPMI yang mereka sebut Bapak Buruh Bekasi dan juga undangan lainnya yaitu Nyumarno yang saat ini menjadi Anggota DPRD Komisi IV Kab.Bekasi.

Dilanjut dengan penjabaran Obon Tabroni yang berkaitan dengan Pergerakan Buruh Bekasi, dia mengungkapkan awal mula Bekasi yang selama ini menjadi kiblat pergerakan buruh untuk daerah daerah lain dimulai sekitar tahun 2002 yakni perjuangan menuntut upah sektoral yang selama ini disebut orang banyak sebagai UMSK.

Kemudian tidak lupa juga, secara gamblang menjelaskan pergerakan buruh di kisaran tahun 2011-2013 dimana di tahun tersebut banyak aksi besar buruh Bekasi berkaitan tentang jaminan kesehatan, penghapusan sisstem kerja outsourching dan upah layak sehingga memaksa buruh melakukan aksi besar menutup tol Cikarang yang membuat kemacetan panjang Jakarta-Bandung dan aksi gerebek pabrik dalam hal penghapusan outsorching.

Obon Tabroni juga menjelaskan bahwa pergerakan buruh sekarang semakin sulit selain karna makin represifnya aparat sampai regulasi pemerintah menetapkan objek vital di beberapa kawasan sehingga menyulitkan aksi buruh melakukan unjuk rasa.

Oleh karena itu, strategi pergerakan harus diubah. Dia menyebut buruh go politik sebagai alat berikutnya untuk mencapai tujuan organisasi yaitu kesejahteraan pekerja dan keluarganya.

Narasumber berikutnya yakni Nyumarno yang bersama dengan Nurdin Muhidin yang merupakan produk strategi buruh go politik milik FSPMI. Dia menceritakan awal mula ditunjuk untuk maju ke pentas politik tidak lain karna memang buruh harus punya peran terkait regulasi maupun peraturan yang memihak kepada buruh.

Stategi ini pun akan diulangi di 2019 dimana banyak kader-kader terbaik FSPMI yang akan maju ke pentas politik guna memastikan tujuan organisasi, yaitu meningkatkan kesejahteraan pekerja dan keluarganya.

Politik, sekali lagi ditegaskan bukan tujuan melainkan sebuah alat untuk mencapi tujuan diatas. (Iqbal Tawakal)