FSPMI bersama Garda Metal Siap Ambil Bagian dalam HUT Bhayangkara ke-79 di Monas, Apakah Sinergitas Mulai Terpadu? 

FSPMI bersama Garda Metal Siap Ambil Bagian dalam HUT Bhayangkara ke-79 di Monas, Apakah Sinergitas Mulai Terpadu? 

Jakarta, KPonline – Momen bersejarah kembali tercipta di tengah dinamika hubungan Industrial antara elemen serikat pekerja/ serikat buruh (SP/SB) dan institusi negara. Serikat pekerja, yang selama ini dikenal aktif menyuarakan aspirasi buruh di jalanan, kini menunjukkan wajah baru dalam sinergi kebangsaan.

Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI) bersama salah satu pilar utamanya, Garda Metal, secara resmi dilibatkan dalam peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Bhayangkara ke-79 yang akan diselenggarakan secara megah di kawasan Monumen Nasional (Monas), Jakarta, pada 1 Juli mendatang.

Keterlibatan FSPMI dalam event kenegaraan ini menjadi bukti nyata dari mulai terbangunnya komunikasi dan kolaborasi yang sehat antara serikat pekerja dan institusi pemerintah, dalam hal ini Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri). Selama hampir sepekan terakhir, pasukan Garda Metal terlihat aktif mengikuti gladi resik dan latihan gabungan bersama personel Polri di lapangan silang Monas.

Menurut informasi yang dihimpun, Garda Metal ditugaskan dalam barisan kehormatan dan pengamanan sipil, memperlihatkan profesionalisme mereka yang selama ini terasah dalam aksi-aksi buruh, kini diproyeksikan dalam panggung nasional yang penuh khidmat dan simbolik.

Panglima Koordinator Nasional (Pangkornas) Garda Metal, Supriyadi atau kerap biasa dipanggil Piyong menyambut positif undangan partisipasi dalam upacara kenegaraan ini. “Ini adalah pengakuan bahwa gerakan buruh bukan sekadar elemen penekan, tetapi juga bagian dari elemen bangsa yang siap bersinergi menjaga persatuan dan nilai-nilai demokrasi,” ujarnya.

Ia menambahkan bahwa FSPMI melalui Garda Metal, selama ini memang dikenal memiliki kedisiplinan organisasi dan loyalitas terhadap perjuangan kelas pekerja. “Ketika kami dipercaya untuk ambil bagian dalam peringatan HUT Bhayangkara, tentu itu bukan karena tiba-tiba. Ini buah dari proses panjang, bahwa negara mulai menyadari pentingnya merangkul, bukan hanya menertibkan.”

Selama persiapan berlangsung, tidak ada batas yang membedakan antara anggota Polri dan anggota Garda Metal. Mereka berbaur dalam barisan latihan, kompak dalam gerakan, dan satu suara dalam komando.

Ia pun mengungkapkan rasa bangganya. “Kita dilatih bukan untuk tunduk, tapi untuk menguatkan sinergi. Ini bukan bentuk kompromi perjuangan, tapi justru langkah strategis agar suara buruh bisa hadir juga dalam forum-forum negara.”

Ia menegaskan bahwa kehadiran Garda Metal dalam HUT Bhayangkara tidak mengurangi militansi mereka di jalan perjuangan.

“Kita tidak akan pernah berhenti menuntut keadilan bagi buruh. Tapi saat negara membuka ruang untuk kerja sama, maka kita akan masuk dan buktikan bahwa buruh bisa hadir dengan elegan dan terhormat.”

Partisipasi serikat pekerja dalam HUT Bhayangkara bukan hanya simbol, tetapi juga strategi jangka panjang untuk membangun jembatan komunikasi yang lebih terbuka antara rakyat pekerja dan institusi negara.

Dalam berbagai kesempatan sebelumnya, serikat pekerja sering bersitegang dengan aparat kepolisian dalam berbagai aksi demonstrasi. Namun kini, keduanya berdiri sejajar dalam satu formasi kebangsaan.

*Apakah ini Arah Baru Gerakan Buruh dan Sinergitas Mulai Terpadu?

Tentu, keterlibatan serikat pekerja dalam acara resmi kenegaraan bisa menimbulkan pro dan kontra di internal gerakan buruh itu sendiri. Sebagian mungkin menganggap hal ini sebagai “pelembutan gerakan” yang bisa mengaburkan garis perlawanan terhadap sistem kapitalistik. Namun, banyak pula yang memandangnya sebagai terobosan politik yang cerdas.

“Serikat pekerja sudah memang seharharus masuk dalam sistem untuk bisa mengubahnya. Sebab selama ini buruh hanya menekan dari luar. Tapi sekarang, serikat pekerja mulai merancang masuk ke pusat-pusat pengaruh. Kehadiran serikat pekerja (FSPMI) di Monas pada 1 Juli nanti bukan sekadar simbolik. Itu adalah bukti bahwa buruh hadir di panggung nasional, sejajar dengan institusi negara.”

Peringatan HUT Bhayangkara ke-79 di Monas diharapkan menjadi panggung persatuan. Upacara ini akan dihadiri oleh Presiden RI, Kapolri, Panglima TNI, menteri-menteri kabinet, serta perwakilan masyarakat sipil dari berbagai lapisan. Penampilan Garda Metal dalam barisan kehormatan akan menjadi salah satu yang paling mencuri perhatian.

Bendera merah-putih, sorotan kamera, dan derap langkah serentak yang dikomandoi bersama antara Polri dan Garda Metal akan menjadi simbol bahwa Indonesia sedang belajar bersatu kembali. Dan itu menegaskan bahwa antara aparat dan rakyat, tidak selamanya harus berhadap-hadapan, tetapi bisa berdampingan untuk menjaga marwah republik.

“Sinergitas antara serikat pekerja dan negara tidak boleh berhenti pada upacara seremoni semata”

Ia harus diterjemahkan dalam bentuk perlindungan hukum, perbaikan upah, dialog sosial yang sehat, serta pengakuan hak-hak berserikat secara utuh. Jika ini bisa diwujudkan, maka keikutsertaan FSPMI dan Garda Metal dalam HUT Bhayangkara bukan hanya menjadi peristiwa unik, tapi tonggak sejarah baru gerakan buruh Indonesia.