FSPMI Berjuang Hingga Akhir

Jakarta, KPonline – Komitmen FSPMI adalah berjuang hingga akhir dan bergerak tanpa batas. Pantang bagi FSPMI berhenti di tengah jalan, sebelum tugas ditunaikan.

Kalimat ini menjadi tema dalam Kongres FSPMI yang diselenggarakan di Surabaya, tahun 2016 lalu.

Bacaan Lainnya

Namun lebih dari sekedar tema dalam Kongres, ia diangkat dari nilai-nilai perjuangan yang selama ini diyakini oleh FSPMI. Lihat saja, di berbagai daerah, keteguhan FSPMI terhadap sesuatu yang diyakininya sebagai kebenaran cenderung menonjol. Tak peduli, meskipun apa yang dilakukannya melawan arus.

Grebek pabrik pernah dilakukan. Pendudukan jalan tol dan mogok nasional menjadi catatan sejarah yang fenomenal. Bahkan aktifisnya rela jalan kaki Surabaya – Jakarta tanpa dibayar. Itu semua dilakukan oleh FSPMI.

Banyak orang bilang, ini sikap yang konyol. Ada yang dengan kasar mengatakan, sebagai bentuk kebodohan.

Ora urus maju terus. Itulah jawaban FSPMI terhadap mereka yang nyinyir terhadap perjuangan ini. Bahkan jika menghalang-halangi organisasi ini untuk terus maju, kader-kader FSPMI akan mengatakan: mari berhadap-hadapan!

Sebab bagi FSPMI, semua ini adalah tentang keteguhan. Kesetiaan pada cita-cita perjuangan. Sekaligus menegaskan kader-kader FSPMI adalah para petarung.

Ketika keputusan sudah dibuat, maka arus besar anggota adalah bergerak untuk menjalankan keputusan tersebut. Hal ini dimungkinkan, karena selain memiliki budaya iuran tersendiri (sehingga pergerakannya tidak berdasarkan orderan) FSPMI memiliki relatif banyak kader yang militan.

Berjuang hingga akhir, dalam redaksi lain adalah menuntaskan risalah perjuangan. Bisa jadi, pada akhirnya akan kalah. Tetapi kita tidak akan pernah menyerah. Ini prinsip.

Itulah yang menjelaskan mengapa FSPMI teguh pada pendirian.

Seperti kita tahu, strategi perjuangan FSPMI adalah konsep, lobi, aksi, dan politik. Kalau saat ini yang menonjol adalah strategi aksi dan politik, sesungguhnya ia hanyalah cara (baca: strategi). Selayaknya cara, tidak akan pernah berubah menjadi tujuan. Dan karena bukan tujuan, kita tidak pernah sakit hati ketika mengalami kegagalan.

Dalam strategi politik, misalnya, dari 80-an kader FSPMI yang direkomendasikan maju dalam pemilihan legislatif sebagian besar tidak lolos menjadi wakil rakyat. Namun ini tidak akan menghentikan langkah FSPMI. Perjuangan belum berakhir. Kita akan terus melangkah, hingga menang.

Salah satu tindak lanjutnya adalah dengan membentuk pilar politik, yang ke depan akan menaungi kerja-kerja politik. Dengan demikian tidak ada yang sia-sia. Setiap langkah adalah pengalaman untuk menjadi lebih baik lagi ke depan.

Sekali lagi, FSPMI berjuang hingga akhir. Pantang bagi kita untuk berhenti di tengah jalan.

Kahar S. Cahyono (Vice President FSPMI – Ketua Departemen Komunikasi dan Media KSPI)

Pos terkait