Driver Gojek Medan-Deli Serdang Meringis, Afriyansyah : Pemerintah Tutup Mata

Medan,KPonline – Skema berkat hanya menambah penderitaan driver Gojek di kota Medan dan kabupaten Deli Serdang.

Driver hanya diberi bonus dari sisa selisi pendapatan yaitu tercapainya point 7 mulai dari pukul 08:00 wib sampai dengan pukul 20:00 wib.

“Point 7 itu maksimal 5 orderan. Jika pengantaran dengan ongkos kirim Rp. 8000/order hasilnya adalah Rp. 40.000, artinya driver hanya di beri bonus Rp. 30.000 dari selisi pendapatan ke Rp 70.000. Nah jika ongkos kirim di atas pendapatan Rp.70.000 maka driver yang sudah mendapatkan 7 point tidak mendapatkan bonus. Artinya, penghasilan driver selama bekerja 12 jam hanya 70.000 dan itu kotor, di satukan dengan bensin” jelas Afriyansyah yang merupakan Driver Gojek.

“Belum lagi belakangan ini driver itu susah mendapatkan orderan. Bisa terjadi 2 sampai 3 jam sekali baru mendapatkan orderan. Selain saya, keluhan susahnya orderan juga datang dari driver Gojek lainnya di sekitaran Tanjung Morawa Kab. Deli Serdang” tambahnya.

Afriyansyah yang merupakan salah satu pendiri komunitas Jaringan Ojol Metal Baik Hati (JOMBI) Sumatera Utara ini juga mengesalkan ketidak pedulian Pemerintah terhadap nasib driver ojek ini.

“Di tengah merebaknya c19, Ojol merupakan pilihan masyarakat untuk mendapatkan hal yang di inginkan dengan tetap menerapkan sosial distancing. Membeli makanan (gofood), mengirimkan barang (gosen), membeli perlengkapan rumah tangga (goshop) dan lain-lain tanpa berdekatan atau jaga jarak. Driver yang memiliki fungsi yang memberikan solusi kepada pencegahan penularan C19 kini malah di susahkan dengan aturan-aturan yang semakin membuat para driver Gojek meringis”

“Terkait hal ini, Pemerintah seakan tutup mata. Padahal pada himbauan-himbauan untuk tetap menjaga jarak mencegah penularan C19 Pemerintah selalu menyuarakan menggunakan gojek jika hendak membeli perlengkapan-perlengkapan tanpa keluar rumah. Pemerintah seakan hanya mengorbankan para driver Gojek di dalam situasi seperti ini tanpa memperhatikan keluhan dan perlindungan dan penghasilannya” kesalnya.

Afriyansyah juga menceritakan aturan baru yang di anggap merugikan para driver Gojek.

“Baru-baru saja GI mengeluarkan kebijakan yang seakan menjebak. Menerapkan evaluasi akun joki melalui notifikasi pesan dengan syarat-syarat yang menjebak. Dengan alibi menghidupkan akun ril driver Gojek dengan menukar akun joki yang di gunakan driver Gojek. Tetapi dengan ketentuan yang tidak adil. Jika lolos maka akun ril akan di hidupkan akunbjokibdi matikan, jika tidak lulus evaluasi maka akan di matikan atau di nonaktifkan secara permanen. Termasuk akun jokinya. Dengan demikian akan menyebabkan pemberhentian para driver Gojek yang selama ini menggunakan akun joki. Mencekik sekali bukan..!!, Lagi-lagi, Pemerintah tutup mata atas keresahan para driver Gojek. Tidak ada kebijakan pemerintah yang melindungi kami para driver gojek. Sudah susah orderan, skema berkat yang memiskinkan Mala di tambah dengan evaluasi akun yang membuat para driver Gojek tidak punya penghasilan atau pengangguran” gelisa Afriyansyah lelaki berkulit gelap ini.

“Harapannya memang agar ada kebijakan yang sama-sama menguntungkan. Kami cukup sadar dan mengetahui bahwa kita sedang diterpa virus global yang menyebabkan perekonomian bangsa menurun. Tetapi cobalah tidak menambah penderitaan para driver Gojek dengan menerapkan aturan-aturan yang semakin membunuh mata pencarian kami. Pemerintah harusnya peka terhadap hal ini, memberi solusi terhadap permasalahan ini. Enggak muluk-muluk, kami hanya ingin mempunyai penghasilan yang layak”tutupnya.