Direkturmu Hidup dalam Kemewahan, Sementara Kamu Buruh menjadi pasien Rawat Jalan

Direkturmu Hidup dalam Kemewahan, Sementara Kamu Buruh menjadi pasien Rawat Jalan

Medan, KPonline – Di sebuah gedung megah, dalam ruangan berpendingin yang mahal, diatas kursi yang empuk Direkturmu duduk santai, di depannya, kopi mahal tersaji, ditemani camilan impor dan deretan dokumen yang katanya penting. Di luar gedung, mobil dinas mengkilap terparkir, sopir berseragam menanti perintah, sopir setia layaknya bayangan sang Direktur.

Di balik meja mahal itu, Direkturmu bukan sibuk berpikir untuk kemajuan perusahaan. Ia justru sibuk mengutak-atik anggaran, mencari celah agar sebagian bisa mengalir ke kantong pribadinya.

“Baginya, pekerjaan yang paling berat itu bukan tentang bagaimana meningkatkan produktivitas dan tentang kelangsungan, pertumbuhan dan perkembangan perusahaan, urusan peningkatan produktivitas, kelangsungan, pertumbuhan dan perkembangan perusahaan adalah urusan para buruh penggali produksi, sebab Direkturmu mengerti dan paham kaum buruhlah pilar penentunya, bila kaum buruhnya mogok kerja maka perusahaan pasti merugi, gulung tikar kemudian tutup, pekerjaan berat Direkturmu adalah, bagaimana cara memindahkan sebahagian harta perusahaan secara legal-formal ke atas namanya sendiri, dan demi ambisi pribadinya segala carapun ia halalkan.

Siang hari, Direkturmu bersantap di restoran berbintang lima, sore harinya, selfie di lokasi proyek dan diakhir pekan,terbang plesiran ke luar negeri bersama keluarga, dengan alasan “meninjau potensi investasi untuk perkembangan perusahaan.

Sementara itu, kalian para buruh, pekerja setia yang siap diperintah untuk menekan harga pokok produksi serendah mungkin, dan untuk menekan harga pokok produksi itu secara otomatis target beban kerjapun menjadi tinggi dan untuk mencapainya dengan sukarela kalian membawa pembantu kerja, anak dan istri atau orang lai yang upahnya kalian bayar sendiri.

Dari kursi empuknya melalui pertemuan virtual lewat internet kepada semua bawahannya Direkturmu berbicara soal efisiensi, loyalitas, dan pengabdian.

Tetapi pertanyaannya, loyalitas kepada siapa?

Kepada Direktur yang tak punya nurani kemanusiaan, yang bahkan tidak tahu menggunakan peralatan kerja bidang produksi, dan yang tidak paham fungsi, memakai dan melepas alat pelindung diri, tetapi pandai menuntut output yang tinggi.

Kalian kaum buruh seharusnya bisa menggunakan akal sehat, bahwa segala kemewahan yang dinikmati oleh Direkturmu itu, bebannya ada pada pundakmu dan tetesan keringatmu. Fasilitas mewahnya, mulai dari kantor yang megah, mobil mewah dengan sopir yang setia, makan siang direstoran berbintang lima, tiket pesawat untuknya berplesiran bersama keluarga mengelilingi dunia bebannya pada produksi yang kalian gali, biaya tetap dalam unsur harga pokok produksi, beban langsung dari target produksi yang harus kalian capai,hingga kadang kala kalian para buruh sampai jatuh sakit.

“Direkturmu jalan-jalan bersama keluarganya mengelilingi dunia, sedangkan kalian rawat jalan disebuah rumah sakit”

Bekerjalah, tapi jangan jadi martir, jangan libatkan seluruh keluargamu untuk menopang perusahaan yang hanya menghargai angka, bukan manusia. Jangan biarkan dirimu menjadi hiasan panggung pencitraan, lalu berakhir sebagai pasien yang menjalani rawat jalan di rumah sakit karena kelelahan dan yang dipuja sebagai “dedikasi dan loyalitas”

Negara ini bukan panggung untuk para bos berwajah manis dan bernurani tumpul, perusahaan butuh buruh sebagai tenaga kerja demi menopang,kela ngsungan,pertumbuhan serta perkembangannya, bukan tumbal.

Kerjalah dengan hati, tapi jangan butakan nurani, tugasmu sebagai buruh bukan menyembah kekuasaan, juga bukan sebagai penjaga istana yang dibangun dari sisa keringatmu sendiri.

Kaum buruh semestinya cerdas, keberadaanmu disatu perusahaan bukan sebagai robot bernyawa penghasil produksi, keberadaan buruh disatu perusahaan adalah sebagai mitra strategis, stakeholder inti, pilar utama penentu kelangsungan, pertumbuhan dan perkembangan perusahaan, bersatulah tumbuhkan rasa solidaritas dan soliditas, bangun kekuatan, bekerjalah sewajarnya tanpa rasa ketakutan, sebab bila buruh bersatu, kompak dan solid maka para pengusaha dari mulai Dewan Komisaris hingga Dewan Direksi pasti tidak bisa bilang apa-apa, dan pasti memenuhi tuntutan kesejahteraan yang diajukan buruhnya.