Purwakarta, KPonline – Dimana hiruk-pikuk perjuangan Garda Metal melawan ketidakadilan industrial, ada satu hal yang mengejutkan namun menginspirasi. Garda Metal wilayah Purwakarta sebagai salah satu pilar dari Serikat Pekerja Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI) menggelar kegiatan jambore ke-2 pada 5-6 juli ini. (2025).
Ya, jambore! Kegiatan yang selama ini identik dengan dunia kepramukaan, pelajar, atau kegiatan rekreasi belaka. Tapi kali ini, dilaksanakan oleh para pejuang buruh yang biasa turun ke jalan, berdiri di barisan depan demonstrasi, dan bersuara lantang menuntut keadilan.
Bagi sebagian orang, ini mungkin terdengar tak biasa, bahkan janggal. Garda Metal dikenal sebagai garda terdepan dalam berbagai aksi unjuk rasa yang militan dan terorganisir. Mereka terbiasa berjibaku di lapangan dalam tekanan sosial dan politik yang tak main-main. Lalu, apa yang membuat mereka meluangkan waktu untuk melakukan jambore?
Jawabannya ada pada semangat gerakan itu sendiri yaitu membangun solidaritas, memperkuat kaderisasi, dan merawat kebersamaan. Jambore bukan sekadar berkumpul di alam terbuka. Ia adalah ruang pembelajaran alternatif. Di sana ada pendidikan mental, disiplin organisasi, refleksi atas perjalanan gerakan, serta latihan kepemimpinan dalam suasana yang lebih cair dan membumi.
Terkadang, kita sering memandang perjuangan buruh hanya dari sisi aksi dan tuntutan. Tapi Garda Metal telah menunjukkan bahwa gerakan juga butuh ruang perenungan. Jambore menjadi wadah untuk menyatukan barisan, bukan dalam kemarahan, tapi dalam semangat kekeluargaan dan perencanaan strategis yang matang.
Melalui kegiatan ini, para anggota Garda Metal mempelajari banyak hal hingga pentingnya menjaga stamina fisik dan psikis. Semua itu adalah bekal penting dalam menghadapi tantangan panjang perjuangan kelas pekerja bersama FSPMI.
Mereka mendirikan tenda, memasak bersama, berkegiatan malam, hingga mengikuti berbagai sesi diskusi gerakan buruh dan pelatihan ideologi gerakan. Kegiatan ini menyisipkan nilai bahwa perjuangan tak melulu harus kaku. Ia bisa fleksibel, bahkan menyenangkan selama tujuannya tetap satu yaitu memperkuat organisasi.
Di era ketika organisasi buruh kerap dicap kaku, kolot, dan hanya bisa turun ke jalan, Garda Metal menjawabnya dengan pendekatan kreatif. Jambore adalah simbol dari transformasi taktis. Bahwa gerakan bisa lentur dalam metode, tapi tetap teguh dalam prinsip. Di saat banyak anak muda menjauhi dunia serikat pekerja karena dianggap “berat”, kegiatan semacam ini justru bisa menjadi pintu masuk.
Ini juga menjadi jawaban bahwa FSPMI, lewat Garda Metal-nya, tidak hanya mempersiapkan barisan untuk demo, tetapi juga membentuk karakter dan jiwa militansi yang seimbang antara semangat dan nalar. Antara fisik dan ideologi. Antara tindakan dan strategi.
Langkah Garda Metal ini memang tak biasa. Tapi justru karena itulah ia patut dipuji. Ketika gerakan buruh mampu berinovasi dalam pola kaderisasi dan membangun kesadaran anggota lewat cara-cara kreatif, maka organisasi itu sedang memperkuat akar, bukan hanya cabangnya.
Dari barikade demonstrasi ke Taman Batu, Bojong Purwakarta yang jauh dari kebisingan kota dan merupakan tempat jambore berlangsung, Garda Metal sedang membuktikan bahwa perjuangan tak hanya di medan aksi, tetapi juga di ruang-ruang edukasi dan penguatan internal. Dan mungkin, di masa depan, ini bisa menjadi contoh bagi serikat buruh lainnya bahwa metode boleh berubah, tapi semangatnya jangan pernah padam.
Untuk diketahui, Panglima Koordinator Nasional (Pangkornas) Garda Metal FSPMI saat ini berasal dari Purwakarta. Beliau adalah Supriyadi atau kerap biasa dipanggil dengan Piyong. Selain sebagai pangkornas, beliau juga merupakan ex Ketua Pimpinan Unit Kerja (PUK) Serikat Pekerja Automotif dan Komponen (SPAMK) FSPMI PT. Hino Motors Manufacturing Indonesia periode 2022-2025. Sedangkan untuk posisi panglima Koordinator Daerah (Pangkorda) Garda Metal FSPMI wilayah Purwakarta, saat ini dijabat oleh Erik Santoso yang juga merupakan salah satu pengurus PUK SPAMK FSPMI PT. Hino yang saat ini dinahkodai Suryadi Gurning.