Demokrasi yang Tercoreng

2019 Ganti Presiden

Bogor, KPonline – Hampir di seluruh wilayah di Republik Indonesia, terutama di kota-kota besar, gerakan rakyat dengan tanda pagar (tagar) #2019GantiPresiden menggema dan gaungnya memantik kesadaran rakyat yang selama ini bungkam. Gerakan rakyat yang digagas oleh Mardani Ali Sera ini, telah menjadi pemicu kesadaran rakyat yang selama ini dibuai oleh pencitraan rezim yang berkuasa saat ini.

Di Jakarta, Medan, Pontianak, Sulawesi Selatan, Bandung, Solo, Pekan Baru dan daerah-daerah lainnya, gaung #2019GantiPresiden sepertinya mempunyai kekuatan yang maha dahsyat.

Bacaan Lainnya

Bagaimana tidak? Ketika ada sekumpulan orang yang akan mendeklarasikan #2019GantiPresiden di suatu kota/daerah, maka seketika itu juga aparat dan pihak keamanan melakukan tindakan yang tidak pernah dilakukan ke kubu pendukung petahana. Membuat seolah-olah dan seakan-akan gerakan rakyat #2019GantiPresiden adalah sebuah gerakan sesat dan menyesatkan.

Rusuh, chaos, anarkis sebisa mungkin akan terus disematkan kepada gerakan rakyat #2019GantiPresiden. Padahal, kenyataan di lapangan tidak seperti yang “di-framing-kan” oleh hampir seluruh media-media mainstream yang ada saat ini, yang diduga menjadi corong media rezim yang berkuasa saat ini.

Tetapi hal-hal tersebut tidak dialami oleh kubu pendukung petahana, dengan tagar #2019TetapJokowi. Apakah karena sepi peminat dan pendukung?

Kenapa pihak aparat dan pihak keamanan terkesan membedakan perlakuan kepada kedua kubu pendukung? Hal ini jelas mencurigakan bagi masyarakat luas dan konstituen di kedua kubu pendukung.

Pertama pendapat dari kubu pendukung petahana, rezim yang berkuasa saat ini. Para konstituen dari kubu pendukung petahana, ternyata masih banyak juga yang mempunyai hati nurani dalam melihat kejadian-kejadian persekusi yang dialami oleh para pendukung kubu #2019GantiPresiden.

Yup, para pendukung kubu #2019GantiPresiden seringkali mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan. Perlakuan yang tidak menyenangkan tersebut ternyata dipicu oleh kaos dengan tagar #2019GantiPresiden yang mereka kenakan. Itu kaos salahnya apa coba ?

Terus, bagaimana dengan para pendukung kubu pendukung petahana yang mengenakan kaos dengan tagar #2019TetapJokowi? Kenapa tidak pernah ada tindakan yang berarti terhadap mereka ? Kenapa mereka tidak pernah merasakan “tindakan yang tidak menyenangkan” sebagaimana yang dirasakan oleh kubu pendukung #2019GantiPresiden? Di sini saya gagal paham.

Kenapa harus takut dengan kaos? Kenapa harus “gerah” dengan teriakan emak-emak zaman now, yang meminta agar harga-harga kebutuhan pokok turun? Kenapa juga harus bersikap tidak demokratis, padahal katanya negara kita adalah negara demokrasi?

Gerakan rakyat #2019GantiPresiden hanya menyuarakan pendapat, layaknya menyampaikan pendapat di muka umum. Bukankah suara rakyat adalah suara Tuhan?

Apa jadinya negara demokrasi ini jika dicoreng anarkisme dar persekusi terhadap mereka para pendukung kubu #2019GantiPresiden? (RDW)

Pos terkait