Demokrasi PilKaPuk ala Lurah Vs Demang

Catatan Historis Musnik 3 PUK PT Pakerin (1)

Mojokerto, KPonline – Lurah Sugiyanto, begitu mereka menyebutnya. Sang Ketua Umum organisasi tingkat pabrikan yang sudah 2 periode menjabat, tengah gusar diatas kursi panasnya. Minggu (20/09/2020)

Bacaan Lainnya

PilKaPuk (Pemilihan Ketua PUK) yang dilakukan pada Musyawarah Unit Kerja (Musnik) ke 3 PUK SPAI FSPMI PT. Pabrik Kertas Indonesia sangat menentukan kepemimpinannya. Dimana ribuan pekerja plus masa depan mereka beserta keluarganya bergantung. Tugas berat memang.

Meskipun sebelumnya dalam pemilu raya, Lurah Sugiyanto dinyatakan kalah head to head dengan kompetitornya yaitu Demang Sutikno. Namun itu tidak menjadi jaminan, pucuk pimpinan akan bergeser. Sebab demokrasi ala musyawarah mufakat sedang berproses.

Disudut pojok ruangan sekretariat, Carik Hermanto, sekretaris yang juga telah dua periode menemani lurah. Tampak terlihat berkaca-kaca dan tak henti-hentinya berkomat-kamit mulutnya. Entah apa yang dirapalnya.

Suara riuh rendah pendukung kedua calon PilKaPuk, acapkali mewarnai jalannya sidang. Hingga tak bosan-bosannya Sunnatul sebagai Ketua Sidang Tetap, berkali-kali harus menghentakkan palu thornya hingga mengguncang seisi ruangan.

Secara umum, pandangan komisi terhadap kinerja Lurah Sugiyanto dinilai sudah cukup baik. Sebagaimana penyampaian perwakilan negara timur jauh, yaitu Zainul dan Zainudin. Duo saudara tak sedarah dari anggota komisi B dan komisi F, yang sebenarnya tidak mirip-mirip amat. Namun di pihak lain, pendukung Demang Sutikno menganggap perlu ada perbaikan.

Gambaran para calon dapat tercermin saat penyampaian visi dan misi. Apa yang diusung kedua calon, pada dasarnya tidak jauh berbeda, wong tujuannya juga sama. Memperjuangkan kesejahteraan seluruh pekerja dan keluarganya sekaligus menjaga sinergitas dan produktivitas di perusahaan.

Majelis sidang sempat dibuat penasaran, karena perundingan kedua calon untuk menentukan siapa yang menjadi KaPuk, terjadi saling lempar- lemparan sambil sesekali cekikikan. Lho!?, Kata-kata, “kamu saja”, “kamu saja” terus terulang dari bilik sebelah, tempat kedua calon bermusyawarah.

Seluruh peserta Musnik seakan larut dalam keluhuran filosofi musyawarah untuk mufakat, tidak ada yang merasa menang atau kalah, tidak ada yang merasa kecil atau besar. Semuanya punya kans dan seimbang.

Diujung sore yang indah itu, di ladang jagung yang tengah ku airi, ada semacam kebanggaan dan ketenangan yang terekam pada acara tadi pagi. Sampai dering telepon dari detasemen khusus membuyarkan kenangan itu.

“Yang jadi ketua siapa mas?,” Tanyanya makjleb dari seberang dimensi.

“Luhut!,” Jawabku sekenanya, hingga terdengar gelak bahagia dari sekumpulan agen disebuah institusi.
(Bersambung)

Kontributor Wilwatikta
Kik Met Gondrong

Pos terkait