Cerpen : Berkat Serikat Aku Selamat

“Bung, tolong bantu saya. Saya dibawa paksa keruangan GM, disini ada manager HR, GM dan atasan saya Mr. Raj. Mereka memaksa saya untuk menandatangani SP-III. Saya bingung apa yang harus saya lakukan. Saya barusan ijin dulu ke toilet dan saya dipinjamkan telpon oleh staff yang ada disini. Tolong bantu saya apa yang harus saya lakukan?” Suara James gemetar saat menelpon Bung Panji sekretaris PUK.

“Kamu jangan mau menandatangani apapun. Bilang sama dia bahwa kamu harus menjumpai ketua dan sekretais serikat pekerja dulu sebelum surat itu ditandatangani dan kamu keluar dari ruangan tersebut. Besok kita akan undang manajemen untuk meeting membicarakan perkara ini”. Terang bung Panji dari telepon seberang.

James kembali masuk keruangan GM. Dia gemetar dan berkeringat dingin. Tidak pernah dia bayangkan bahwa dia akan digiring keruangan GM seperti hari ini. Apalagi dihadapan dia semuanya singa berbulu domba. Orang-orang hebat yang ada diperusahaan yang dikenal sangat garang. James mengumpulkan keberanian untuk berbicara seperti arahan bung Panji. Ditariknya nafas yang sangat dalam lalu dia hembuskan untuk mengurangi ketakutanya.

“Maaf Bapak dan Ibu, saya tidak bisa menandatangani SP-III ini. Saya harus menjumpai ketua dan sekretaris serikat pekerja terlebih dahulu untuk berdiskusi”. James berbalik badan akan meninggalkan ruangan.

“Tunggu, kamu harus tandatangani sekarang juga, kamu tidak perform dalam bekerja. Saya sudah tidak butuh kamu di departemen saya” Mr. Raj berbicara dengan lantang.

“James, saya sudah banyak mendapatkan laporan tentang kamu. Kamu sering double break, lambat masuk ke area produksi, kurang bertanggung jawab terhadap pekerjaan kamu. Kita sudah punya bukti yang kuat, jadi percuma kamu mengelak, lebih baik kamu tanda tangani saja surat ini” Manager HR berbicara dengan tegas.

“Ya, kita tidak mau karyawan yang makan gaji buta, kamu tandatangani sebelum kamu keluar dari ruangan ini” Kali ini GM yang berbicara.

Setelah James mendengarkan ocehan mereka ia tetap berlalu pergi. Dia sudah tidak sabar untuk keluar dari ruangan itu. Dadanya sesak rasanya.

“James!!!” GM dan atasanya Mr. Raj berteriak sambal memukul meja. Suaranya sangat kuat. Tetapi James tidak memperdulikan teriakan mereka.

Langkah James semakin laju. Pikiranya melayang pada saat bos nya datang ke area produksi dan berteriak lantang “you orang ikut saya”.

Dia bertanya kemana tapi tidak dihiraukan hanya disuruh ikut hingga sampailah keruangan yang menyeramkan itu. Ruangan dimana hari-hari disaat meeting sering menjadi kebun binatang. Ya, kenapa dikatakan kebun binatang karena GM tersebut sering mengucapkan nama-nama binatang kepada para manager disaat meeting.

Keesokan harinya bidang advokasi mewawancarai James dan mengumpulkan bukti-bukti. Disamping itu pengurus yang lain membantu apa yang bisa dibantu. Sekretarus PUK mengirim email kepada manajemen untuk mengadakan pertemuan. Ketua PUK dan yang lainya mengatur strategi, mencari dimana kelemahan kasus dan dimana kekuatan kasus ini.

Beberapa bukti akan menjadi kelemahan kasus ini. Seperti double break, meninggalkan pekerjaan dalam waktu yang lama itu semua terekam CCTV dan juga scan badge disaat keluar masuk area produksi. Tapi bagaimanapun, SP-III bukanlah satu-satunya jalan. Sesuai perjanjian kerja bersama (PKB) sebelum naik ke SP-III harus ada SP-I dan SP-II terlebih dahulu, kecuali kasus kriminal. SP-III artinya James harus keluar dari perusahaan tanpa mendapatkan hak-hak dia. Dan itu tidak boleh terjadi.

Tim advokasi bekerja keras sebelum pertemuan dengan manajemen diadakan. James juga dinasehati untuk beberapa hal yang menjadi kesalahan dia agar diperbaiki. Kebetulan James juga pengurus serikat, jadi kadang kala ada hal-hal yang didiskusikan diruangan serikat sehingga dia lambat masuk, dan itu tidak sepengetahuan bos. Pekerjaan dia juga jadi kurang lancar. Tapi hal ini tidak serta merta karena dia jarang di area produksi saja, menurut pengakuan James bos kurang mendukung pekerjaanya. Seperti approval yang lambat, email jarang dibalas, dll.

Akhirnya manajemen membalas email serikat dan mendapatkan jadwal untuk menyelenggarakan meeting untuk menyelesaikan masalah James yang di SP-III. Pihak serikat yang hadir Ketua, sekretaris, bidang advokasi dan beberapa pengurus lain yang mendampingi. Pihak manajemen di hadiri oleh Mr. Raj yang memang sudah seharusnya hadir disitu dan juga manager HRD dan juga GM.

Setelah manajemen menunjukan bukti-bukti yang sudah diduga akan melemahkan kasus ini, dilanjutkan dengan pihak serikat pekerja untuk memperjelas bahwa SP-III tidak layak untuk pelanggaran yang sudah dilakukan James. Dan serikat menegaskan bahwa managemen sudah melanggar aturan yang ada.

Perdebatan Panjang terjadi, mulai dari berbicara tenang sampai adu urat leher. Masing-masing tetap bertahan dengan pendapatnya. Manajemen tetap bersikeras untuk memberikan SP-III kepada James.

“Baik, kalau memang begitu yang diinginkan manajemen perusahaan. Kami minta jika James keluar, Mr. Raj sebagai bos dia juga harus keluar karena dia melanggar undang-undang. Jika Mr. Raj tidak dikeluarkan, maka kami akan mengangkat kasus ini ke koorporasi. Atau pekerjakan James seperti biasa tanpa ada intimidasi dan kasus kita tutup untuk kali ini, semoga tidak ada James berikutnya” Ucap bidang advokasi dengan tegas.

Manajemen menunda meeting beberapa kali dan serikat pekerja tetap pada pendirianya. James harus bekerja Kembali tanpa ada intimidasi. Tentu saja pengurus serikat pekerja memberikan nasehat kepada James agar bekerja dengan baik ketika waktunya bekerja, dan berorganisasi sesuai aturan. Memastikan ada surat tugas untuk semua kegiatan serikat yang dijalani.

Ketika kita menjadi pengurus serikat, bukan berarti kita bisa seenaknya saja. Tanggung jawab kita menjadi dua. Tanggung jawab kepada perusahaan dan juga kepada organisasi. Mungkin kita tidak akan bisa maksimal dalam bekerja, tetapi harus diupayakan seimbang. Jangan sampai pengurus serikat di cap yang negatif oleh managemen perusahaan.

Oleh karena itu pengurus serikat itu adalah orang-orang pilihan. Disamping melaksanakan kewajibanya dalam bekerja, mereka juga memikirkan kepentingan anggotanya. Seringkali waktu untuk keluarga berkurang demi mengurus organisasi.
Selang seminggu, meeting terakhir dengan manajemen dan akhirnya serikat memenangkan kasus ini. Manajemen sepakat James bekerja Kembali seperti biasa tanpa ada intimidasi.

Akhir kata, tidak ada usaha yang menghianati hasil. Dan seburuk apapun anggota serikat pekerja, dia berhak mendapatkan pembelaan atas kasus yang menimpanya. Itulah mengapa kita harus berserikat. Dengan berserikat kita akan lebih kuat.

Maryam Ete – Devisi Sastra  Media Perdjoeangan Nasional